Materi Medan Magnet Bumi
Selasa, 17 Desember 2019
Edit
MEDAN MAGNET BUMI MELEMAH
Tiga satelit Badan Antariksa Eropa, mengungkap medan magnet bumi yang terus melemah. Fenomena itu menandai pergeseran kutub yang sedang terjadi dan akan berlangsung hingga 2019.
Sampel bebatuan yang dikumpulkan dari dasar Samudera Atlantik mengungkap fenomena alam raksasa yang akan dialami Bumi. Menurut ilmuwan, sampel tersebut membuktikan bahwa medan magnet bumu bertukar antara utara dan selatan setiap 250.000 tahun.
Temuan tersebut didapat melalui citra beresolusi tinggi yang dibuat oleh tiga satelit milik Badan Antariksa Eropa (ESA), atau yang sering disebut sebagai konstelasi Swarm. Diluncurkan 2013 silam, Swam mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan medan magnet bumi.
Jenis Satelit
Observasi dan penelitian selama enam bulan memastikan trend umum bahwa medan magnet Bumi mulai melemah. Fenomena ini terutama menguat di belahan langit bagian barat. Sebaliknya di selatan Samudera Hindia, medan magnet bumi menguat sejak januari.
Medan magnet berperan besar menaungi kehidupan di Bumi. Ia melindungi atmosfer Bumi dari hujan partikel bermuatan listrik yang berasal dari matahari. Partikel tersebut bisa melenyapkan atmosfer sebuah planet, seperti yang terjadi pada planet Mars.
Medan magnet bumi tercipta ketika logam cair yang mengitari inti bumi berputar dan membentuk arus konveksi yang bergerak sekitar sepuluh kilometer pertahun.
Pertukaran kutub berlangsung di dalam perut bumi. Selama beberapa bulan ke depan, ilmuwan ESA akan menganalisis data yang dikumpulkan untuk mengungkap kontribusi magnetik dari sumber lain, seperti mantel dan kerak bumi, samudera, ionosfer serta magnetosfer.
Saat ini kutub selatan di sekitar Kanada bergerak setiap hari sejauh 50 meter. Menurut ilmuwan, pergeseran itu akan terus berlangsung ke arah utara hingga tahun 2019. Analisa teranyar juga memastikan pergeseran medan magnet di kutub utara ke arah Siberia.
Kutub magnet bumi atau kerap disebut geomagnet belakangan ini diketahui mengalami sejumlah pergeseran yang tak terduga. Pasalnya, gerakan magnet bumi itu tidak beraturan mengikuti material besi di perut bumi.
Hal ini tentu menimbulkan sejumlah kekhawatiran terkait dampak yang mungkin ditimbulkan. Apalagi beberapa penelitian tentang fenomena ini juga menghubungkannya dengan peristiwa lain.
Pergeseran kutub geomagnet yang kian cepat, memang ada yang menduga sebagai tanda-tanda awal dari pembalikan kutub-kutub magnet bumi.
Dugaan itu diperkuat oleh melemahnya kekuatan medan magnet Bumi, yang rata-rata mengalami pelemahan 10% per abad. Kedua fenomena ini sering dihubungkan karena studi tentang benda langit memiliki mekanisme serupa.
Dalam studi medan magnet benda benda langit seperti halnya matahari, sebelum terjadi pembalikan posisi kutub-kutub magnet memang terjadi pelemahan medan magnet disertai pergeseran kutub magnet benda lain yang dimaksud.
Sehingga menimbulkan kerisauan banyak orang dikarenakan medan magnet berfungsi untuk melindungi kita dari angin matahari dan radiasi kosmik.
Pengaruhnya?
Sejauh ini diketahui, pelemahan magnetosfer membuat partikel energetik bermuatan listrik yang dipancarkan sebagai angin/badai matahari maupun sinar kosmik lebih berpeluang menerobos magnetosfer dan menghujani permukaan bumi.
Kaitan antara peristiwa pembalikan kutub geomagnetik di masa silam terhadap populasi makhluk hidup sangat sedikit buktinya. Pembalikan medan magnetik bumi disebabkan karena dinamika material besi di perut bumi.
Dampaknya, selain perubahan posisi kutub magnetik, kekuatan medan magnetik di masing-masing lokasi di permukaan bumi juga bervariasi.
Fenomena ini sama sekali tidak berbahaya karena pembalikan kutub magnetik berlangsung sangat lambat, memerlukan waktu ribuan tahun.
Penulis : Chairunissya Rachma Diani