Ketidakpastian dan Ralat
Selasa, 24 Desember 2019
Edit
MATERI KETIDAKPASTIAN DAN RALAT
Pengertian Pengukuran
Mengukur
ialah membandingkan suatu yang diukur dengan sesuatu lain yang sejenis yang
ditetepkan sebagai satuan. Dalam pengukuran anda mungkin
menggunakan satu instrumen (alat ukur) atau lebih untuk menentukan nilai dari
suatu besaran fisis. Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pengukuran
adalah memilih dan merangkai instrumen secara benar. Selanjutnya menentukan
langkah-langkah pengukuran dengan benar dan membaca nilai yang ditunjukkan
instrumen secara tepat. Ketika anda menghitung suatu besaran fisis dengan
menggunakan instrumen, tidaklah mungkin anda akan mendapatkan nilai besaran X0, melainkan selalu terdapat nilai
ketidakpastian.
Ketidakpastian adalah sebutan yang
digunakan dengan berbagai cara di sejumlah bidang, termasuk filosofi, fisika, statistika, ekonomi, keuangan, asuransi, psikologi, sosiologi, teknik, dan ilmu pengetahuan informasi. Ketidakpastian berlaku pada
perkiraan masa depan hingga pengukuran fisik yang sudah ada
atau yang belum diketahui. Contohnya, jika anda tidak tahu apakah besok hujan,
maka anda mengalami ketidakpastian. Bila anda menerapkan kemungkinan ini pada
hasil memungkinkan yang menggunakan perkiraan cuaca atau penilaian kemungkinan terkalibrasi, anda telah memperkirakan
ketidakpastian.
Ketidakpastian
suatu pengukuran adalah faktor yang sangat penting untuk diperhitungkan dalam
kegiatan eksperimen, karena hal itu menunjukkan seberapa akurat dan tepat data
hasil pengukuran kita terhadap harga yang sebenarnya yang mana terdapat beberapa faktormya
sebagai berikut :
KETIDAKPASTIAN SISTEMATIK
1. Ketidakpastiaan Alat
Kesalahan kalibrasi, kesalahan dalam memberi skala pada
waktu alat ukur sedang dibuat, sehingga tiap kali alat itu
digunakan ketidakpastian selalu muncul dalam tiap pengukuran. Kesalahan titik nol, titik nol skala alat ukur tidak
berimpit dengan titik nol jarum penunjuk alat ukur.
Cara
meralat:
a.
Mengkalibrasi skala alat itu sehingga penunjuk angkanya menjadi benar.
b. Mengganti
alat itu dengan alat lain yang lebih tinggi ketelitiannya.
2. Kesalahan Titik Nol
Kesalahan titik nol
terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak tepat berimpit
dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak bisa kembali tepat pada
skala nol. Akibatnya, hasil pengukuran dapat mengalami penambahan atau
pengurangan sesuai dengan selisih dari skala nol semestinya. Kesalahan titik
nol dapat diatasi dengan melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran.
Cara meralat: Memastikan bahwa
skala alat ukur sudah menunjuk ke angka nol sebelum digunakan.
3. Waktu respon yang tidak tepat
Terjadi akibat dari waktu pengambilan data tidak
bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur, sehingga data yang
diperoleh bukan data yang sebenarnya diinginkan.
4. Kesalahan Paralaks
Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan
garis-garis skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum. Kondisi yang tidak
sesuai terjadi akibat alat ukur yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi
pengukuran yang diinginkan.
KETIDAKPASTIAN RANDOM
Walupun kesalahan sistematis sudah berusaha dihindari, namun masih ada
sumber kesalahan lain berasal dari luar sistem dan tak dapat dikuasai
sepenuhnya:
- Gerak brown
molekul udara yang dapat memengaruhi penunjukan alat-alat halus seperti galvanometer.
- Fluktuasi tegangan
listrik yang tidak
teratur yang dapat memengaruhi hasil pengukuran dengan alat-alat ukur
listrik.
- Landasan
(meja, lantai atau dudukan lain) alat yang bergetar akibat lalu lintas
atau sumber lain.
- Noise atau
bising pada rangkaian elektronika.
- Latar belakang
radiasi kosmos pada pengukuran dengan pencacah radioaktif.
- Momen tiap pengukuran
yang kita lakukan memang berbeda satu dengan lainnya.
- Ketidakpastian yang
ditimbulkan oleh alat ukur.
- Sumber-sumber ketidakpastian
lain yang berkaitan dengan kegiatan pengambilan pengukuran itu sendiri.
KESALAHAN
DARI MANUSIA
a. Kesalahan pembacaan skala ini
disebabkan karena salah cara memandang skala atau juga karena kerusakan mata
pengamat.
b. Praktikan
yang kurang terampil
dalam mengoperasikan/membaca alat ukur. Seperti pembacaan yang paralaks, salah
dalam perhitungan dll.
NAMA
ANGGOTA KELOMPOK:
RIZKA PEBRIANTI
FIKA DINA
KHOIRUN NISA’
KIRANA AUREOLA A.
RIDWAN AKBAR N. R.
INDAH W