Kepribadian Seorang Guru
Kamis, 26 Desember 2019
Edit
Pribadi guru memiliki peran yang sangat penting terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dapat terjadi karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh kepribadian gurunya. Jadi tidak jarang kita temui bahwa seringkali ketika orang tua akan mendaftarkan anaknya ke sekolah, mereka akan mencari tahu seperti apa kualitas sekolah tersebut dan mencari tahu seperti apa guru-guru yang akan mendidik anak-anaknya kelak. Dalam hal ini, guru tidak hanya diharapkan untuk memaknai pembelajaran, namun yang paling penting adalah bagaimana guru tersebut menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi serta perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru, yaitu kemampuan kepribadian yang religius, berakhlak mulia, dewasa, arif, bijaksana, dan menjadi teladan.
Zaman sekarang ini ditandai kompetisi yang semakin tajam. Tantangan yang dihadapi institusi pendidikan merupakan kemampuan mencetak mutu sumber daya manusia (SDM) yang handal. Hal ini dikarenakan hanya sumber daya manusia dengan mutu dan standar tinggi yang mampu memenangkan persaingan. Realisasi tugas institusi pendidikan terjadi di kelas sebagai pusat dimana proses pembelajaran berlangsung. Dalam konteks tersebut guru menjadi unsur yang sangat menentukan. Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berat, sehingga menjadi seorang guru bukanlah profesi yang sembarangan, ditangan merekalah masa depan anak didik dipertaruhkan. Guru adalah sosok yang memberikan pengetahuan kepada anak didiknya. Guru menjalankan tugasnya untuk mengubah anak didik yang tidak pintar menjadi orang yang pintar, mengubah yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, hal itu merupakan tugas mulia yang diemban dari seorang guru.
Berdasarkan beberapa indikator kompetensi kepribadian diatas, maka sudah seharusnya guru-guru di Indonesia memiliki karakter tersebut. Siswa berkarakter baik lahir dari guru yang berkarakter baik pula. Guru merupakan sebuah profesi yang sangat mulia. Mereka yang terpanggil adalah orang-orang yang benar-benar tersentuh hati nuraninya untuk menjadikan profesi guru sebagai profesi terhormat dan pengabdian kepada peserta didik sebagai sarananya. Mereka memilih profesi guru untuk mewujudkan tujuan ideal, yakni mencerdaskan anak bangsa. Dalam hal ini gaji dan tunjangan hanya sekedar alat dan bukan tujuan. Kepuasan mereka adalah kebangaan terhadap peserta didik yang berhasil dan sukses. Sebuah momentum dimana peserta didik telah mampu merealisasikan ilmu yang diterimanya dengan meraih sukses akademik dan bertumbuh kepribadannya secara matang dan dewasa.
Kepuasan seorang guru bukan terletak pada kepuasan fisik dan material. Sebaliknya, kepuasan mereka adalah kepuasan psikologis (kepuasan batin). Harga diri mereka tidak tergantikan dengan gaji, tunjangan atau honor, akan tetapi mereka merasa bermartabat ketika menyaksikan peserta didiknya mengukir prestasi kesuksesan dan memiliki karakter yang baik. Seseorang yang menjadi guru karena motivasi panggilan berpandangan bahwa peserta didik adalah titipan Tuhan yang harus dilayani dengan penuh kasih sayang dan kelemahlembutan. Semangat ini akan membuat guru bekerja tanpa beban, bekerja sampai lupa diri, dan bekerja tanpa menuntut imbalan.
Menjadi guru berarti ikhlas mengajarkan dan memberikan ilmu dengan penuh kasih sayang serta selalu sabar dalam membimbing siswa, walaupun hanya sekedar untuk membaca, menulis dan berhitung. Melalui keikhlasan dan kasih sayang guru dalam mengajarkan sebuah ilmu kepada setiap anak membuat terkadang diri kita selalu mengenang jasa para guru. Oleh karena itu, menjadi seorang guru harus bisa memotivasi dan mendorong siswanya untuk dapat meraih cita-cita yang diimpikan dalam pembelajaran setiap harinya.
Seorang guru yang baik harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik di hadapan siswanya, dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Seorang guru yang baik juga harus mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki siswa secara individual dan memperlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki setiap siswa tersebut. Guru harus mau mengajar dengan hati. Jangan melihat anak didik seperti botol kosong. Yang mana guru hanya mengisi mereka. Tetapi, guru harus bertindak sebagai fasilitator mengembangkan potensi yang miliki oleh anak didik supaya mereka menjadi manusia yang berguna.
Penulis : Syahda E