Pentingnya Inovasi Pendidikan di Indonesia
Rabu, 25 Desember 2019
Edit
“KAKI DEPAN PENDIDIKAN DUNIA”
Perkembangan zaman menuntut adanya perubahan dan pembaharuan. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi yang dapat mempengaruhi ekonomi, sosial, politik, kebudayaan dan pendidikan. Teknologi selalu mengalami pembaharuan, apabila tidak dilakukan pembaharuan teknologi maka pertumbuhan pada setiap aspek kehidupan akan cenderung stagnan atau bahkan dapat mengalami penurunan.
Setiap negara menerapkan sistem pendidikan yang berbeda-beda dengan menyesuaikan kebutuhan dan kondisi dari bangsa itu sendiri. Negara Finlandia masih menduduki kaki terdepan pendidikan di dunia, hal ini dilansir dari website ican-education.com. Sistem pendidikan yang diterapkan sangat unik dan menarik sehingga dapat menjadi referensi bagi negara lain untuk mewujudkan inovasi pendidikan yang lebih menarik.
Beberapa hal dari sistem pendidikan negara Finlandia yang saya catat dan dapat dibandingkan dengan sistem pendidikan di Tanah Air supaya dapat dijadikan referensi inovasi pendidikan di Indonesia diantaranya
1. Guru-guru Finlandia punya sistem lain untuk menilai siswa, bukan dari ujian atau pekerjaan rumah. Namun, sistem demikian belum sepenuhnya dapat terwujud secara maksimal di Tanah Air. Sebagian besar guru masih menjadikan nilai ujian atau tugas pekerjaan rumah sebagai acuan penilaian siswa. Padahal, hal tersebut tidak bisa menjadi acuan masa depan siswa itu sendiri akan menjadi apa nantinya. Karakter siswa yang berbeda dapat menjadi bahan penilaian guru, seperti kedisiplinan, moral, atau karakter siswa yang lainnya.
Nilai yang diperoleh siswa melalui ujian atau tugas yang diselesaikan bahkan kurang dari satu hari tidak lebih penting dibandingkan karakter siswa yang dibangun sejak lama dan telah menjadi watak yang dimiliki siswa tersebut. Sebagian lembaga pendidikan telah menerapkan sistem demikian, salah satunya dengan menjadikan presesensi kelas sebagai acuan penilaian siswa tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa guru masih tetap melakukan ujian dan memberikan tugas kepada siswa untuk digunakan sebagai acuan penilaian. Oleh karena itu, tidak salah jika kebanyakan siswa mengedepankan nilai ujian atau tugas masing-masing dibandingkan dengan perbaikan karakter guna menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
2. Semua anak belajar dikelas yang sama, tanpa membedakan yang pintar maupun tidak. Negara Finlandia juga menekankan supaya tidak ada batas yang membedakan siswa yang terpandai dan siswa yang tertinggal di kelas. Berbeda dengan kondisi lapangan di pendidikan Tanah Air, yang mana masih banyak guru yang mebeda-bedakan siswa nya. Sebagian besar siswa menyebutnya dengan kata “pilih kasih” yang dimaksudkan kepada guru-guru yang dirasa membedakan antara siswa yang pintar dan kurang pintar.
Mungkin tidak semua guru demikian, tetapi siswa merasakan jika sebagian besar guru di masing-masing lembaga pendidikan memiliki sifat pilih kasih terhadap siswa yang satu dengan yang lainnya. Hal-hal seperti ini menyebabkan menurunnya semangat siswa dalam belajar dan berpengaruh terhadap nilai akademik yang diperoleh siswa, atau bahkan dapat mempengaruhi psikis dan mental siswa. Setiap guru pasti memiliki siswa yang menjadi kesayangannya di kelas.
Entah itu karena karakter siswa, nilai akademik, prestasi, atau kelebihan lain yang dimiliki siswa tersebut. Meski begitu, hal-hal tersebut tidak bisa menjadi alasan untuk membeda-bedakan siswa dikelas. Tidak semua guru demikian, perlu diketahui juga bahwa guru akan berusaha untuk menyamakan siswa nya dikelas, namun tidak dengan anggapan siswa. Siswa kebanyakan melihat kemudian merasakan adanya jurang yang lebar antara siswa terpandai dan tertinggal di kelas. Hendaknya pemerintah dapat menemukan kebijakan baru melalui referensi sistem pendidikan Finlandia tersebut supaya tidak terjadi lagi kesenjangan di kelas.
3. Sebagian besar anak-anak Finlandia mendapatkan beasiswa sekolah selama 9 tahun sedangkan di Tanah Air, beasiswa terbatas dan anak-anak merasa kesulitan dalam memperolehnya, hal ini biasanya disebabkan oleh tuntutan administratif yang harus dipenuhi. Beasiswa yang disediakan pun terbatas, baik dalam hal kuota penerimaan maupun waktu penerimaan beasiswa. Memang, di Indonesia memiliki banyak jenis beasiswa namun terlepas dari itu, pemerintah perlu mengkaji kembali mengenai beasiswa-beasiswa tersebut. Apakah sudah tepat sasaran? Bagaimana kesejahteraan penerima beasiswa? Apa hasil atau perkembangan kepribadian penerima beasiswa? Tentunya dengan beragam evaluasi yang lain sehingga diharapkan beasiswa di Indonesia setidak-tidaknya dapat tepat sasaran dan sesuai kebutuhan bangsa.
4. Kurikulum nasional hanya sebagai pedoman, sisanya fleksibel. Berbeda dengan di Indonesia, kebijakan kurikulum oleh pemerintah yang selalu berganti tiap periode pemerintahan dirasa kaku dan kurang fleksibel terhadap keadaan. Pengeluaran kebijakan kurikulum pun selalu menciptakan pro dan kontra di masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa relevansi antara masyarakat dengan pemerintah belum terjalin secara maksimal. Selain itu, sosialiasi pemerintah pusat belum terlaksana maksimal sampai ke lembaga pendidikan bawah yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi dan miskoordinasi antar tingkat kelembagaan pendidikan. Mungkin melalui inovasi kurikulum nasional di Negara Finlandia ini dapat menjadi sumber referensi pemerintah supaya dapat menciptakan kurikulum yang lebih baik lagi.
5. Negara Finlandia memiliki jumlah guru yang sepadan dengan muridnya, tapi Negara Indonesia memiliki jumlah murid yang lebih banyak daripada kuantitas gurunya. Hal ini berpengaruh terhadap proses berjalannya sistem pendidikan sehingga akan terjadi ketidakseimbangan antar berbagai sektor pendidikan dan tujuan pendidikan pun tidak dapat tercapai dengan maksimal. Perlu adanya kebijakan pemerintah supaya dapat menekan kuantitas Sumber Daya Manusia dalam profesi guru lebih banyak lagi, sehingga proses pendidikan yang dilakukan pun dapat berjalan dengan baik.
Hal-hal yang telah diuraikan di atas merupakan beberapa contoh inovasi pendidikan dari Negara Finlandia sebagai kaki terdepan pendidikan dunia yang dapat menjadi sumber referensi negara lain, khususnya di Negara Indonesia sendiri supaya dapat mengembangkan sistem pendidikan yang lebih baik guna mencapai tujuan pendidikan sepenuhnya.
Penulis : Dyah Ayu Lestari