MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN MODUL 3 MODEL-MODEL BELAJAR DAN RUMPUN MODEL MENGAJAR
Sabtu, 26 Oktober 2019
Edit
TUGAS STRATEGI PEMBELAJARAN DI SD
Disusun oleh :
Kelompok Jasmine
Ana Andiani
Endang Sri Sulistyowati
RatnaDwiJayanti
Eva IkaRachmawati
PROGRAM STUDI S-1 PGSD BI
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) SURABAYA
POKJAR JOMBANG
2016
KEGIATAN BELAJAR 1
Model-model Belajar
A. BELAJAR KOLABORATIF (COLLABORATIVE LEARNING)
1. Hakikat Belajar Kolaboratif
Belajar kolaboratif bukan sekedar bekerja sama antar siswa dalam suatu kelompok biasa, tetapi suatu kegiatan belajar dikatakan kolaboratif apabila dua orang atau lebih bekerja bersama, memecahkan masalah bersama untuk mencapai tujuan tertentu.
Dua unsur yang penting dalam belajar kolaboratif adalah (1) adanya tujuan yang sama, dan (2) dan ketergantungan yang positif.
Pertama, dalam mencapai tujuan tertentu, siswa bekerja sama dengan teman untuk menentukan strategi pemecahan masalah yang ditugaskan oleh guru.
Kedua, ketergantungan yang positif, maksudnya adalah setiap anggota kelompok hanya dapat berhasil mencapai tujuan apabila seluruh anggota bekerja sama.
Dalam menerapkan belajar kolaboratif ini, harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
- Mengajarkan keterampilan kerja sama, mempraktikkan, dan balikan diberikan dalam hal seberapa baik keterampilan-keterampilan digunakan.
- Kegiatan kelas ditingkatkan untuk melaksanakan kelompok yang kohesif.
- Individu-individu diberi tanggung jawab untuk kegiatan belajar dan perilaku masing-masing.
2. Manfaat Belajar Kolaboratif
Manfaat dari belajar kolaboratif, yaitu:
- Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok.
- Pebelajar belajar memecahkan masalah bersama dalam kelompok.
- Memupuk rasa kebersamaan antar siswa.
- Meningkatkan keberanian memunculkan ide atau pendapat untuk pemecahan masalah bagi setiap individu yang diarahkan.
- Memupuk rasa tanggung jawab individu dalam mencapai suatu tujuan bersama.
- Setiap anggota melihat dirinya sebagai milik kelompok yang merasa memiliki tanggung jawab.
B. BELAJAR KUANTUM (QUANTUM LEARNING)
1. Hakikat Belajar Kuantum
Model belajar ini muncul untuk menanggulangi masalah yang paling sukar di sekolah, yaitu “kebosanan”. Istilah Kuantum secara harfiah berarti “kualitas sesuatu”, mekanis (yang berkenaan dengan gerak).
Pembelajaran kuantum mengedepankan unsur-unsur kebebasan, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan. Indikator keberhasilan pembelajaran kuantum adalah siswa sejahtera. Siswa dikatakan sejahtera kalau aktivitas belajarnya menyenangkan dan menggairahkan.
2. Prinsip-prinsip Utama Pembelajaran Kuantum
Prinsip utama dari pembelajaran kuantum, yaitu:
- Segalanya berbicara.
- Segalanya bertujuan.
- Beraangkat dari pengalaman.
- Hargai setiap usaha.
- Rayakan setiap keberhasilan.
3. Manfaat Belajar Kuantum
Manfaat dari belajar kuantum, yaitu:
- Suasana menyenangkan sehingga siswa bergairah belajar.
- Siswa dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya sebagai pendorong belajar.
- Siswa belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
- Apa pun yang dilakukan oleh siswa sepatutnya dihargai.
C. BELAJAR KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)
1. Hakikat Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain. Usaha-usaha kooperatif menghasilkan participant yang berusaha saling menguntungkan.
2. Prinsip Utama Belajar Kooperatif
Prinsip utama dari belajar kooperatif, yaitu:
a. Kesamaan tujuan
Tujuan yang sama pada anak-anak dalam kelompok membuat kegiatan belajar lebih kooperatif.
b. Ketergantungan positif
Prinsip kedua dari belajar kooperatif adalah ketergantungan positif. Beberapa orang direkrut sebagai anggota kelompok karena kegiatan hanya dapat berhasil jika anggota dapat bekerja sama.
3. Manfaat Belajar Kooperatif
Manfaat belajar kooperatif, di antaranya:
- Meningkatkan hasil belajar pebelajar.
- Meningkatkan hubungan antar kelompok.
- Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar.
- Menumbuhkan realisasi kebutuhan pebelajar untuk belajar berpikir.
- Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
- Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.
- Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.
4. Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mempunyai keterbatasan, antara lain:
- Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk bekerja dalam tim.
- Memerlukan latihan agar siswa terbiasa belajar dalam tim.
- Model belajar kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan materi ajar.
- Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda.
- Memerlukan kemampuan khusus bagi guru untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan belajar kooperatif.
D. BELAJAR TEMATIK
1. Hakikat Belajar Tematik
Belajar tematik didefinisikan sebagai suatu kegiatan belajar yang dirancang sekitar ide pokok (tema), dan melibatkan beberapa bidang studi (mata pelajaran) yang berkaitan dengan tema.
2. Prinsip Belajar Tematik
Belajar tematik menggunakan tema sentral dalam kegiatan belajar yang berlangsung. Semua kegiatan belajar dipusatkan sekitar tema tersebut. Meinbach (1995) mengatakan bahwa pembelajaran tematik mengkombinasikan struktur, urutan dan strategi yang diorganisasikan dengan baik.
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Barbara Rohde dan Kostelnik, et.al. mengemukakan karakteristik pembelajaran tersebut sebagai berikut.
- Memberikan pengalaman langsung dengan objek-objek yang nyata bagi pebelajar untuk menilai dan memanipulasinya.
- Menciptakan kegiatan di mana anak menggunakan semua pemikirannya.
- Membangun kegiatan sekitar minat-minat umum pebelajar.
- Membantu pebelajar mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru yang didasarkan pada apa yang telah mereka ketahui dan kerjakan.
- Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang menghubungkan semua aspek perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan fisik.
- Mengakomodasi kebutuhan pebelajar untuk bergerak dan melakukan kegiatan fisik, interaksi sosial, kemandirian, dan harga diri yang positif.
- Memberikan kesempatan bermain untuk menerjemahkan pengalaman ke dalam pengertian.
- Menghargai perbedaan individu, latar belakang budaya, dan pengalaman di keluarga yang dibawa pebelajar ke kelasnya.
- Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga pebelajar.
4. Perlunya Pembelajaran Tematik, Khususnya di SD
- Pada dasarnya siswa SD kelas awal memahami suatu konsep secara utuh, global/tematis, makin meningkat kecerdasannya, dan makin terperinci serta spesifik pemahamannya terhadap konsep tertentu.
- Siswa SD kelas awal mengembangkan kecerdasannya secara komprehensif, semua unsur kecerdasan ingin dikembangkannya sehingga muncul konsep pentingnya multiple intelligent untuk dikembangkan.
- Kenyataan hidup sehari-hari menampilkan fakta yang utuh dan tematis.
- Ada konteksnya.
- Guru SD adalah guru kelas, akan lebih mudah mengajar satu konsep secara utuh, akan sulit mengajar sub-subkonsep secara terpisah-pisah.
5. Manfaat Belajar Tematik
Belajar tematik juga memberi kesempatan yang nyata kepada pebelajar untuk membentuk latar belakang informasi sendiri dalam rangka membangun pengetahuan baru.
KEGIATAN BELAJAR 2
Rumpun Model Mengajar
A. RUMPUN MODEL SOSIAL
Joice & weil (2000) mengatakan model model social dirancang untuk menilai keberhasilan dan tujuan akademik, termasuk studi tentang nilai-nilai sosial, kebijakan publik, dan memecahkan masalah.
Kegiatan terpenting dalam pengelolaan kelas sebenarnya merupakan pengembangan hubungan koorperatif di dalam kelas.
1. Partner dalam Belajar
Akhir-akhir ini banyak dikembangkan belajar koorperatif (seperti telah dibahas pada kegiatan belajar 1) yang merupakan kemajuan besar dalam pengembangan strategi mengajar yang membantu pebelajar bekerja secara efektif.
2. Investigasi kelompok
Infestigasi kelompok menekankan pada rencana pengaturan kelas umum atau konfensional. Rencana tersebut meliputi pendalaman materi yang terpadu secara kelompok, diskusi, dan perencanaan proyek.
3. Bermain Peran
Dengan bermain peran, guru megajak belajar untuk memahami pengertian perilaku sosial, peranannya dalam interaksi sosial, dan cara-cara memecahkan masalah sosial dengan cara-cara yang lebih efektif.
4. Inkuiri Yurisprudensi
Dengan model ini pebelajar belajar berpikir tentang kebijakan-kebijakan sosial. Studi tentang isu-isu sosial di masyarakat suatu negara, di tingkat nasional maupun internasional dapat dipersiapkan bagi para pembelajar.
5. Kepribadian dan Gaya Belajar
Dalam model ini dikemukakan adanya gaya belajar pebelajar dan guru yakin bahwa semua itu dapat berkembang. Perkembangan dapat terjadi secara optimal, apabila lingkungan menyediakan cara kerja konseptual yang diperlukan untuk kebutuhan konseptual seseorang.
6. Inkuiri Sosial
Model ini dirancang dengan maksud khusus, yaitu mengajarkan informasi, konsep-konsep, cara berfikir, dan studi tentang nilai-nilai sosial dengan memberi tugas- tugas yang menggabungkan aspek kognitif dan sosial.
B. RUMPUN MODEL PEMROSESAN INFORMASI
Model pemrosesan informasi menekankan pada cara meningkatkan pembawaan seseorang memahami dunia dengan memperoleh dan mengorganisasikan data, memahami masalah dan mencari pemecahanya, serta mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk menyampaikanya.
1. Berfikir Induktif
Model ini memaparkan cara belajar pebelajar untuk mendapatkan dan mengorganisasikan informasi, serta menciptakan dan menguji hipotesis yang mendiskripsikan hubungan di antara serangkaian data.
2. Pencapaian Konsep
Model ini memberikan cara yang efektif untuk penyajian informasi yang terorganisasi dan topik-topik yang berskala luas kepada pebelajar pada setiap tahap perkembangan.
3. Inkuiri Ilmiah
Pebelajar dibawa ke proses ilmiah dan dibantu mengumpulkan dan menganalisis data, mengecek hipotesis dan teori, serta mencerminkan hakikat pembentukan pengetahuan.
4. Latihan inkuiri
Model ini memberikan rancangan untuk mengajar pebelajar menghubungkan alasan sebab akibat dan menjadi lebih baik serta tepat dalam mengajukan pertanyaan, membentuk konsep, dan hipotesis serta mengujinya.
5. Mnemonic
Mnemonic merupakan suatu strategi untuk mengingat dan mengasemilasi informasi. Guru dapat menggunakan mnemonic untuk membimbing penyajian materi.
6. Sinektik
Model Ini dirancang untuk membantu pebelajar memecahkan masalah dan menulis kegiatan-kegiatan, serta menambahkan pandangan-pandangan baru pada topik-topik dari suatu bidang ilmu yang luas.
7. Pengorganisasi Awal (Advance Organizer)
Model ini dirancang untuk memberikan struktur kognitif kepada pebelajar untuk memahami materi melalui kuliah, membaca, dan media yang lain.
8. Penyesuaian dengan Pebelajar
Model ini bertolak dari studi Kohlberg yang digunakan untuk membantu kita menyesuaikan pembelajaran pada suatu tahap kematangan pebelajar secara individu dan merancang cara dan meningkatkan perkembangan pebelajar.
C. RUMPUN MODEL PERSONAL
Model belajar personal dimulai dari pandangan tentang harga diri individu. Seseorang berusaha memperoleh pendidikan sehingga berusaha memahami dirinya sendiri dengan lebih baik, bertanggung jawab atau pendidikannya sendiri, dan belajar mencapai pengembangan yang baru dengan lebih kuat, lebih sensitif, dan lebih kreatif, dalam meraih kehidupan yang berkualitas tinggi.
1. Pengajaran Nondirektif
Dikembangkan dari teori konseling, model ini menekankan kerjasama, antara pebelajar dengan guru. Guru berusaha membantu pebelajar memahami bagaimana memainkan peran utama dalam pencapaian pendidikanya.
2. Peningkatan Harga Diri
Karya Abraham Maslow digunakan untuk membimbing suatu program dalam hal rasa harga diri dan kemampuan aktualisasi diri. Guru menggali prinsip-prinsip yang dapat membimbing kegiatan-kegiatan kerja sama dengan pebelajar untuk meyakinkan dan memberikan gambaran tentang pribadi si pebelajar sebaik mungkin.
D. RUMPUN MODEL SISTEM PERILAKU
Dasar teoritik model ini sering disebut teori belajar sosial, modifikasi perilaku, terapi perilaku, dan cybernetic.
1. Belajar Tuntas dan Pembelajaran Terprogram
Aplikasi teori sistem perilaku untuk tujuan akademik tampak dalam bentuk yang disebut belajar tuntas (mastery learning.)
2. Pembelajaran Langsung
Pernyataan tujuan pembelajaran disampaikan langsung kepada siswa.
3. Belajar Melalui Simulasi: Latihan dan Latihan Mandiri
Dua jenis latihan pendekatan dikembangkan dari teori perilaku kelompok cybernetic. Salah satu di antaranya adalah model teori-ke-praktik dan yang lain adalah simulasi.