LAPORAN PENELITIAN AMDAL TUGAS STUDI LINGKUNGAN AUD DI KABUPATEN GRESIK BAGIAN 1
Minggu, 27 Oktober 2019
Edit
DAMPAK PENUMPUKAN SAMPAH BAGI NELAYAN DI BIBIR PANTAI DESA LUMPUR GRESIK
Amdal Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas “Studi Lingkungan Hidup”
Penyusun :
Fatimatuz Zahroh (D98215052)
Lailatul Umroh (D98215059)
Maghfiroh Puji Lestari (D98215061)
Nadiyah Maulidah Rachmah (D98215064)
Umi Sa’adah (D98215074)
Zumrhotul Hamidah (D98215076)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah
sering digunakan dalam menyatakan limbah padat. Sesuatu yang dibuang yang dihasilkan dari proses
produksi baik itu industri maupun rumah tangga (domestik). Dengan kata lain,
sampah adalah suatu material sisa yang tidak diinginkan oleh manusia setelah
berakhir suatu proses atau penggunaan. Material sisa ini
bisa berupa dari hewan, manusia, ataupun tumbuhan yang sudah tidak terpakai
lagi dan biasanya dilepaskan ke alam dalam bentuk padat, cair, atau gas.[1]
Jadi sampah adalah bahan sisa yang sudah tidak terpakai oleh manusia dan
dibuang bisa dalam bentuk padat maupun cair yang dapat menyebabkan pencemaran
serta gangguan terhadap lingkungan hidup sekitar. Sampah yang tidak dikelola dengan baik bisa
berdampak buruk pada kehidupan karena rembesan sampah yang masuk ke dalam
aliran air (drenaise) akan mencemari
airnya sehingga airnya akan terkontaminasi dengan bakteri dan berbahaya jika
dikonsumsi serta akan menimbulkan bau yang sangat tidak sedap di lingkungan
sekitarnya. Lingkungannya akan menjadi sarang berkembang biaknya berbagai organisme yang merugikan masyarakat
sekitarnya.
Hal tersebut sama
dengan keadaan yang ada di pantai Desa
Lumpur Gresik, karena tumpukan sampah yang sengaja dibuat oleh warga sekitar
menjadikan lingkungan sekelilingnya menjadi kotor, kumuh dan sangat bau. Serta
membuat air pantai yang ada disampingnya menjadi hitam karena rembesan dan
sampah yang jatuh ke pantai.
Di pinggir pantai Desa Lumpur di Kabupaten Gresik itu memang banyak sekali
tumpukan sampah, konon katanya memang pembuangan sampah di lokasi itu di sengaja yang diminta oleh
para nelayan guna untuk pengurukan yang akan dijadikan sebagai tempat
penjemuran ikan asin. Semua sampah yang dibuang di sana berasal dari sampah rumah tangga, sampah
nelayan, sampah industri dan sampah proyek.
Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) yang
semestinya bukan di area itu, sudah disediakan oleh perangkat
desa yang terletak di dekat terminal. Tapi dengan adanya pembuangan sampah di sekitar pinggiran pantai itu perangkat desa tidak ikut serta, karena tanggung
jawab sudah diberikan kepada para nelayan. Tetapi para nelayan kurang memperhatikan
dampak yang akan terjadi pada pencemaran sampah di lingkungan. Seharusnya nelayan juga memikirkan
keadaan warga sekitar dan dampak yang akan terjadi ketika sampah itu semakin
menumpuk.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi
tempat pembuangan sampah di Desa Lumpur
Gresik?
2. Bagaimana sistem
pemanfaatan sampah di Desa Lumpur Gresik?
3. Bagaimana dampak yang
ditimbulkan pada pantai yang ada di sekitar tempat
pembuangan sampah tersebut?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui kondisi tempat
pembuangan sampah yang ada di Desa Lumpur
Gresik.
2.
Untuk mengetahui sistem
pemanfaatan sampah yang ada di Desa Lumpur Gesik.
3.
Untuk mengetahui dampak yang
ditimbulkan pada pantai yang ada di sekitar tempat
pembuangan sampah di Desa Lumpur Gresik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
PENGERTIAN
SAMPAH
Menurut American Public Health Association, sampah (waste)
diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya.
Ada beberapa
batasan-batasan lain, tetapi pada umumnya mengandung prinsip-prisip yang sama sebagai berikut.
1.
Adanya sesuatu
benda atau zat padat atau bahan.
2.
Adanya hubungan
langsung atau tak langsung dengan aktivitas manusia.
3.
Benda atau
bahan tersebut tidak dipakai lagi, tak disenangi, dan
dibuang.
4.
Dibuang dalam
arti pembuangannya dengan cara-cara yang diterima oleh umum (perlu pengelolaan
yang baik).
Sampah-sampah
yang terjadi di sekitar kita di kota-kota besar atau
pedesaan dimana ada kegiatan manusia termasuk dalam pengertian sampah yang
dimaksud. Yang tidak termasuk atau bukan sampah misalnya kebakaran hutan, dimana
abu sisa pembakaran tidak menggangu hidup manusia. Contoh lain adalah
bencana-bencana alam, dan lain-lain. Tetapi bila bencana alam ini mempunyai
hubungan dengan kehidupan manusia, maka benda-benda yang dikelola manusia ini sajalah
yang termasuk sampah.[2]
Untuk jelasnya
bila terjadi suatu bencana alam seperti tersebut dan menghasilkan sejumlah
sampah, maka benda-benda atau sampah yang ada hubungannya dengan aktivitas
manusia sajalah yang termasuk sampah, tetapi bila akibat bencana alam tersebut
misalnya banyak pohon-pohon yang tumbang di hutan-hutan belantara, maka
pohon-pohon atau daun-daun ini tidak termasuk sampah karena hal ini tidak
dikelola oleh manusia.
B.
SAMPAH DAN
PENGELOLAANNYA
1.
Penggolongan
Sampah
a.
Penggolongan
Sampah Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, sampah dibagi
menjadi 5 kelompok sebagai berikut.
1.
Pemukiman
Penduduk.
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan
oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama
yang terdapat di desa atau di kota. Jenis
sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengelolaan
makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish),
abu, atau sampah sisa tumbuhan.
2.
Tempat Umum dan
Tempat Perdagangan.
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul
dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang
dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan, sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang
sampah berbahaya.
3.
Sarana Layanan
Masyarakat Milik Pemerintah.
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud di sini, antara lain tempat
hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya
rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat
berlibur, dan sarana pemerintah yang lain. Tempat ini biasanya menghasilkan
sampah khusus dan sampah kering.2
4.
Industri Besar
dan Ringan.
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, ,
industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengelolaan air kotor dan
air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau
memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya
sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.
5.
Pertanian.
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian
seperti kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan
makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi
serangga tanaman.2
b.
Penggolongan
Sampah Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan pada bentuknya sampah digolongkan menjadi 3 kelompok sebagai berikut.
1.
Sampah Padat.
Sampah padat yaitu sampah yang berasal dari sisa tanaman, hewan,
kotoran ataupun benda-benda lain yang bentuknya padat.[3]
2.
Sampah Cair.
Sampah cair berasal dari buangan pabrik, industri, pertanian,
perikanan, peternakan, atau manusia yang berbentuk cair. Misalnya
air buangan, air seni (urine), dan lain sebagainya.
3.
Sampah Gas.
Sampah gas yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan
bermotor, cerobong pabrik, dan sebagainya yang semuanya berbentuk gas atau
asap.
c.
Pembagian
Sampah Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan pada sifatnya sampah dibagi menjadi 2 kelompok sebagai berikut.
1.
Sampah yang
Bersifat Degradabel.
Sampah dari jenis ini adalah sampah yang mempunyai sifat secara
alami yang mudah diuraikan mikro organisme. Pada
umumnya jenis sampah organik termasuk ke dalam sampah yang bersifat degradabel.
2.
Sampah yang
bersifat Non-Degradabel.
Sampah jenis ini adalah sampah yang memiliki sifat secara alami
sukar atau sangat sulit untuk diuraikan oleh jasad renik. Pada
umumnya jenis sampah anorganik termasuk ke dalam kelompok sampah yang bersifat non
degradabel. Sebenarnya hampir semua sampah, baik
sampah organik maupun sampah anorganik dapat diuraikan oleh mikrobe. Misalnya
kaca, besi, batu, atau benda-benda anorganik lainnya dapat diuraikan oleh jasad
hidup. Hanya waktu yang dibutuhkan oleh penguraiannya ini lama atau sangat
lama.
Jumlah sama yang dihasilkan pada tiap tempat daerah atau negara
yang dihasilkan oleh penduduk mempunyai angka yang bervariasi tergantung sebagai berikut.
a)
Letak tempat,
misalnya pusat kota, pinggiran, atau pedesaan.
b)
Bentuk dan
sifat tempat, misalnya perumahan mewah, perumahan kompleks, perumahan di sekitar
pusat perdagangan, perkampungan padat, dan lain sebagainya.3
c)
Bentuk dan
sifat penghuninya, misalnya menyangkut latar belakang pendidikan, pekerjaan,
etnis, dan lain sebagainya.
d.
Penggolongan
Sampah Berdasarkan Jenisnya
Berdasarkan jenisnya dikenal 2 macam kelompok sampah sebagai berikut.
1.
Sampah Organik.
Sampah organik adalah jenis sampah yang sebagaian besar tersusun
oleh senyawa organik (sisa tanaman, hewan, atau kotoran).
2.
Sampah Anorganik.
Sampah anorganik adalah jenis sampah yang tersusun oleh senyawa
anorganik (plastik, botol, logam, dan lain sebagainya).
2.
Kandungan Bahan
Dalam Sampah
Sampah seperti
halnya bahan-bahan organik lainnya mengandung senyawa-senyawa kimia terdiri
dari air, zat organik, zat anorganik, dan lain sebagainya. Tergantung kepada sifat dan jenis kandungan kimia sampah antara lain
sebagai berikut.
a. Sampah Berbentuk Kotoran Manusia.
Tabel 2.1 Kandungan Sampah
dari Kotoran Manusia
Kandungan
|
Tinja (%)
|
Urine (%)
|
Air
|
66-80
|
93-96
|
Senyawa organik
|
88-97
|
65-85
|
Nitrogen
|
5-7
|
15-19
|
Fosfor
|
3-6
|
2,5-5
|
Kalium
|
1-5
|
3-5
|
Kapur
|
4-5
|
4,5-6
|
Karbon
|
40-55
|
11-17
|
b. Sampah Berbentuk Sisa-sisa Tanaman.
Tabel 2.2 Kandungan Sampah
dari Sisa-sisa Tanaman
Komposisi
|
Persentase
|
Air
|
10-60
|
Senyawa organik
|
25-35
|
Nitrogen
|
0,4-1,2
|
Fosfor
|
0,2-0,6
|
Kalium
|
0,8-1,5
|
Kapur
|
4-7
|
Karbon
|
12-17
|
c. Kandungan Bakteri Dalam Sampah.
Pada umumnya kelompok kehidupan yang didapatkan di dalam sampah
sebagai berikut.
a)
Kelompok Bakteri Pengurai.
Kelompok ini pada umumnya terdiri dari bakteri oleh jamur yang
mampu menguraikan senyawa organik menjadi senyawa atau unsur lain yang lebih
sederhana.
b)
Kelompok Bakteri Patogen.
Kelompok patogen ini umumnya tersusun dari bakteri, jamur, virus,
dan protozoa yang dapat menyebabkan
penyakit perut, kulit, dan pernafasan.
c)
Kelompok Bakteri Penghasil Racun.
Kelompok makhluk hidup penghasil racun umumnya terdiri bakteri dan
jamur yang dapat menyebabkan keracunan pada air dan makanan.3
d)
Kelompok Bakteri Pencemar.
Kelompok ini umumnya bila sampah tersebut terkena kotoran manusia
atau hewan, atau oleh kehadiran lumpur atau air selokan.
Umumnya kelompok pengurai kehadirannya di sampah sangat
menguntungkan karena berfungsi antara lain menurunkan volume atau berat sampah
serta proses pengomposan. Hal ini sangat berbeda dengan kelompok jasad lainnya,
kehadirannya di dalam sampah justru akan membawa kerugian, baik dalam bentuk
adanya wabah penyakit, kasus keracunan, atau penurunan hasil nilai kebersihan,
kesehatan, dan sanitasi lingkungan. Belum lagi masalah estetika lingkungan,
karena tumpukan sampah merupakan tempat paling ramai didatangi dan dihuni
berbagai jenis hewan yang menjijikkan atau membahayakan, seperti lalat, cacing,
tikus, dan hewan-hewan kecil lainnya.3
C.
MANFAAT SAMPAH
Sampah apapun jenis dan sifatnya mengandung senyawa kimia yang
diperlukan oleh manusia secara langsung atau secara tidak langsung. Dalam
hal ini yang penting sampai berapa jauh manusia dapat menggunakan dan
memanfaatkannya. Penggunaan
dan pemanfaatan sampah untuk manusia sejak lama telah dilakukan sebagai berikut.
1. Pengisi Tanah.
Sudah bukan aneh lagi bila kota-kota besar sekarang tumbuh
tempat-tempat pemukiman baru, rumah toko (ruko), kompleks perbelanjaan baru
yang asalnya dari rawa-rawa atau tempat tanah berair lainnya atau bahkan dari
tempat-tempat pembuangan sampah.
2. Sumber Pupuk Organik.
Kompos adalah sejenis pupuk organik yang sangat dibutuhkan
khususnya oleh petani sayuran. Kompos banyak dibuat dari sampah,
walaupun akhir-akhir ini kehadiran plastik merupakan masalah yang belum
sepenuhnya teratasi.
3. Sumber Humus.
Kehadiran senyawa organik dalam bentuk humus di dalam tanah dapat
mempertahankan sifat fisik tanah. Dengan sifat fisik yang baik, maka
kemampuan tanah menyerap dan mempertahankan air dapat terjadi dengan baik.
4. Media Penanaman Jamur.
Sampah dapat juga digunakan sebagai media penanaman jamur
penggunaan media ini ternyata telah memberikan hasil yang memuaskan. Misalnya media
jamur merang, jamur “shiitake”, dan
jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada bahan organik pada kompos.
5. Penyubur Plankton.
Plankton adalah merupakan makanan ikan, yang biasanya terdiri dari
hewan dan tanaman bersel tunggal. Kolam ikan yang banyak planktonnya akan
sangat subur. Suburnya plankton ini dapat menyebabkan pertumbuhan yang cepat
pula pada ikan-ikan yang dipelihara, misalnya di kolam-kolam. Suburnya plankton
karena pemasukan bahan-bahan organik dari sampah.3
6. Bahan Pembuat Biogas.
Salah satu manfaat sampah adalah membantu program hemat energi dan
dalam pencarian sumber energi baru. Mengingat bahwa sumber energi yang berbahan
baku bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang terbatas. Oleh karena
itu, sampah dapat dijadikan alternatif untuk keperluan tersebut.
7. Media Produksi PTS (Protein Sel Tunggal).
PST adalah protein jenis baru yang dibuat secara teknologi dengan
menggunakan mikro organisme (mikroalgae, jamur, dan bakteri).
Menurut perhitungan para ahli, protein sel tunggal akan menjadi
sumber protein penyelamat di masa yang akan datang bila produksi protein secara
konvensional (melalui peternakan, pertanian, dan perikanan) tidak mencukupi.
Ternyata mikro organisme penghasil PST sangat subur di dalam media yang terbuat
dari sampah.
8. Media Produksi Vitamin.
Salah satu jenis mikro organisme
penghasil vitamin (vitamin B12) ternyata sangat subur pertumbuhannya di dalam
media yang dicampur dengan ekstrak sampah. Telah
banyak lembaga penelitian mencoba meneliti lebih lanjut peranan sampah sebagai
bahan media pertumbuhan jasad renik penghasil vitamin.
9. Bahan Makanan Ternak.
Sampah sebagai bahan makanan ternak secara langsung (yang masih
segar) dan melalui proses fermentasi telah digunakan dimana-mana dengan hasil
yang baik.3
D.
KOMPOSISI SAMPAH
Komposisi sampah sangat bervariasi tergantung dari sumbernya, dari
yang berbentuk sangat padat (seperti besi) hingga yang berbentuk busa atau
gabus. Selain itu, volume sampah juga bervariasi dari yang besar seperti
bangkai kendaraan hingga yang berbetuk abu.
Komposisi sampah suatu daerah yang ingin diketahui bergantung pada
rencana pengelolaan sampah yang akan dipakai atau
sebaliknya komposisi sampah suatu daerah harus diketahui lebih dahulu untuk
perencanaan pengelolaan sampah selanjutnya.
Para ahli mempunyai cara sendiri-sendiri dalam menentukan komposisi
sampah suatu daerah. Salah satunya adalah dengan menghitung jumlah bahan atau
materi sampah dalam gram/% dari sampah yang terdiri atas bahan-bahan sebagai berikut.
1.
Logam:
kaleng-kaleng, besi, paku, dan sejenisnya.
2.
Benda terbuat
dari bahan kertas: kertas, koran, majalah, karton, dan lain-lain.
3.
Benda terbuat
dari bahan plastik: plastik pembungkus, bekas alat-alat rumah tangga, dan
lain-lain.3
4.
Benda terbuat
dari bahan karet: ban, sandal, dan lain-lain.
5.
Benda terbuat
dari bahan kain: sobekan-sobekan kain, gorden, dan lain-lain.
6.
Benda terbuat
dari kaca atau beling: pecahan gelas, lampu,botol, dan lain-lain.
7.
Benda terbuat
dari bahan kayu: kayu, ranting, kursi, meja, dan lain-lain.
8. Garbage: sisa-sisa makanan, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain-lain.
9. Bahan-bahan dari batu, tanah, abu, dan lain-lain.
Komposisi dari bahan-bahan tersebut penting untuk diketahui dalam
perencanaan pengelolaan sampah selanjutnya, mulai dari cara pengangkutan, pengumpulan,
dan pembuangan atau pemusnahan sampah suatu daerah. Selain itu, dengan
diketahuinya komposisi sampah tersebut, dapat diupayakan daur ulang dari
bahan-bahan sampah yang masih dapat terpakai, misalnya
besi, kaca, kertas, plastik, dan lainnya.
Komposisi sampah dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.
1. Sumber Dari Mana Sampah Tersebut
Berasal.
Komposisi yang yang berasal dari industri akan berbeda dengan
komposisi sampah yang berasal dari daerah pemukiman atau rumah tangga ataupun
dari pasar.
2. Aktivitas Penduduk.
Di daerah di mana sebagian besar aktivitas penduduknya adalah
bertani akan menghasilkan sampah dengan komposisi sampah pertanian “garbage”
lebih besar dari jenis sampah lainnya. Demikian juga dengan daerah yang
sebagian besar aktivitas penduduknya adalah berdagang atau nelayan, dan
lain-lain.
3. Sistem Pengumpulan dan Pembuangan
yang Dipakai.
Sistem pengelolaan sampah yang dipakai akan mempengaruhi komposisi
sampah suatu daerah, misalnya bila
suatu daerah menggunakan sistem pembuangan sampah dengan incenerator
(pembakaran)3, maka komposisi sampah perlu diketahui adalah jenis sampah yang
mudah terbakar dan jenis sampah yang sulit terbakar, sehingga kemudian dapat
dilakukan pemisahan antara kedua jenis sampah tersebut. Adapun bila pemusnahan
sampah dilakukan dengan composting, maka komposisi sampah yang mudah
membusuk dan sukar membusuk perlu diketahui.
Selain itu, juga diperhatikan sistem pengangkutan yang digunakan. Bila
sampah diangkut dengan truk pemadat, maka sampah-sampah yang volumenya besar
seperti kulkas dan sejenisnya tidak dapat dimasukkan sehingga harus dipisahkan.
4. Adanya Sampah-sampah
yang Dibuang Sendiri atau Dibakar.
Contohnya, sampah basah (garbage)
dahulu kala dimanfaatkan sebagai makanan ternak sehingga komposisi sampah ini
menjadi sedikit pada saat pengumpulan. Juga pada musim
dingin, banyak sampah kering (rubbish) yang dimanfaatkan untuk perapian,
sehingga komposisinya berkurang. Pengambilan kembali sampah-sampah
yang masih bernilai jual seperti besi, plastik, kaca, juga
menyebabkan komposisi sampah ini menjadi lebih sedikit.
5. Geografi.
Di daerah pegunungan, sampah jenis kayu-kayuan mendominasi
komposisi sampah daerah tersebut. Adapun di daerah daratan rendah yang
merupakan daerah pertanian, maka sampah pertanian jenis sampah basah (garbage) yang mendominasikan komposisi
sampah.
6. Waktu.
Faktor waktu dapat mempengaruhi komposisi sampah. Misalnya
di daerah pemukiman rumah tangga, pada waktu pengelolaan dan penghidangan
makanan, jenis sampah yang dominan adalah jenis sampah basah (garbage), sedangkan jenis sampah kering (rubbish) relatif sedikit.
7. Sosial Ekonomi.
Keadaan sosial ekonomi masyarakat akan mempengaruhi komposisi
sampah yang dihasilkan. Misalnya pada daerah dengan kondisi sosial ekonomi yang
baik, komposisi sampah dari jenis plastik,3 kaleng dan kardus telah dominan dibandingkan dengan daerah yang
kondisi sosial ekonominya lebih rendah. Selain itu, sampah jenis kulkas, AC,
dan sejenisnya relatif sulit ditemukan pada masyarakat dengan sosial ekonomi
rendah.
8. Musim atau Iklan.
Komposisi sampah suatu daerah mengalami perubahan sesuai dengan
musim yang sedang berlangsung di daerah tersebut. Komposisi sampah yang
dihasilkan pada musim dingin, musim buah-buahan, musim kemarau, dan musim
lebaran jelas akan berbeda.
9. Kebiasaan Masyarakat.
Contonya pada masyarakat Bali, komposisi sampah yang dominan adalah
dari jenis janur dan sesajen.
10. Teknologi.
Kemajuan ternologi berpengaruh terhadap komposisi sampah, misalnya
tingginya sampah plastik, kardus, dan alat-alat elektronik, seperti kulkas dan
televisi bekas. Selain itu, dengan kemajuan
teknologi pula diciptakan barang-barang yang bersifat sekali pakai (disposible),
sehingga pada saat ini komposisi sampah dari barang-barang tersebut meningkat.
Adanya perubahan komposisi sampah bukan hanya terjadi karena satu
faktor saja, melainkan dapat terjadi karena beberapa faktor. Dengan
mengetahui komposisi sampah, dapat diketahui pula bahan-bahan yang dapat di
daur ulang. Selanjutnya, dapat diketahui jenis-jenis sampah lainnya yang harus
dikelola, serta dapat ditentukan cara pembuangan dan pemusnahan sampah yang
tepat untuk penanggulangan sampah di suatu daerah.3
E.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI JUMLAH SAMPAH
Beberapa faktor-faktor yang dapat memengaruhi jumlah
sampah sebagai
berikut.
1. Jumlah Penduduk.
Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk. Semakin
padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk
menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas
penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas
pembangunan, perdagangan, industri, dan sebagainya.
2. Sistem Pengumpulan atau Pembuangan Sampah
yang Dipakai.
Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika
dibandingkan dengan truk.
3. Pengambilan Bahan-Bahan yang Ada Pada
Sampah yang Dipakai Kembali.
Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi
bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi
oleh keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.
4. Faktor Geografis.
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah,
pantai, atau di daratan rendah.
5. Faktor Waktu.
Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah
sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh,
jumlah sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari,
sedangkan sampah di daerah pedesaan tidak begitu bergantung pada faktor waktu.
6. Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya.
Contoh, adat
istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.3
7. Faktor Musim.
Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan pintu
air, atau penyaringan air limbah.
8. Kebiasaan Masyarakat.
Contoh, jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan atau
tanaman sampah makanan itu akan meningkat.
9. Kemajuan Teknologi.
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contohnya
plastik, kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas dan lain-lain.
10.
Jenis Sampah.
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks
pula macam dan jenis sampahnya.3
F.
PENCEMARAN AIR
Pengertian pencemaran air juga didefinisikan dalam peraturan
pemerintah, sebagai turunan dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang
didefinisikan dalam undang-undang. Definisi pencemaran air mengacu pada
definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU tentang Lingkungan Hidup yaitu
UU No. 23/1997.Dalam PP No. 20/1990 (pasal 1, angka 2) tentang pengendalian
pencemaran air. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.3
Definisi pencemaran air dapat diuraikan makna pokoknya menjadi tiga
aspek sebagai
berikut.
1.
Aspek Kejadian.
Aspek penyebab terjadinya pencemaran
dapat berupa masuknya makhluk hidup zat, energi atau komponen ke dalam air
sehingga menyebabkan kualitas air tercemar.
2.
Aspek Penyebab
atau Pelaku.
Aspek pelaku atau penyebab dapat
yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia. Pencemaran
yang disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi pemerintah
tetap harus menanggulangi pencemaran tersebut.
3.
Aspek Akibat.
Aspek akibat dapat dilihat
berdasarkan penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu.
Pengertian tingkat tertentu dalam
definisi adalah tingkat kualitas air yang menjadi batas antara tingkat tak cemar (tingkat kualitas
air belum sampai batas) tingkat
cemar (kualitas air yang telah sampai ke
batas atau melewati batas). Pada UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 ayat 3
terkandung makna bahwa air minum yang dikomsumsi masyarakat, harus memenuhi
persyaratan kualitas maupun kuantitas, yang persyaratan kualitas tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 146 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air.
Air yang aman adalah air yang sesuai
dengan kriteria bagi peruntukan air tersebut. Misalnya, kriteria air yang dapat
diminum secara langsung (air kualitas A) mempunyai kriteria yang berbeda dengan
air yang dapat digunakan untuk air baku air minum (kualitas B) atau air
kualitas C untuk keperluan perikanan serta usaha perkotaan, industri, dan
pembangkit tenaga air.3
1.
Indikator
Pencemaran Air
Indikator atau tanda bahwa air
lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda dapat digolongkan
menjadi 3 golongan sebagai berikut.
i.
Pengamatan
secara fisis yaitu pengamat pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air
(kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau atau rasa.
ii.
Pengamatan
secara kimiawi yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang
terlarut, perubahan pH.
iii.
Pengamatan
secara biologis yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri
patogen.
a.
pH atau
Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat
untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5-7,5. Air akan bersifat asam atau
basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air
tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH bersifat
basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya
akan menggangu kehidupan biota akuatik.3
Tabel 2.3 Nilai Ph Beserta
Pengaruhnya
Nilai pH
|
Pengaruh Umum
|
6,0-6,5
|
1.
keanekaragaman
plankton dan bentos sedikit menurun.
2.
Kelimpahan
total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami perubahan.
|
5,5-6,0
|
1.
Penurunan
nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin tampak.
2.
Kelimpahan
total, biomassa, dan produktivitas belum mengalami perubahan yang berarti.
3.
Algae
hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral.
|
5,0-5,5
|
1.
Penurunan
keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton dan bentos semakin
besar.
2.
Terjadi
penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos.
3.
Algae
hijau berfilamen semakin banyak.
4.
Proses
nitrifikasi terhambat.
|
4,5-5,0
|
1.
Penurunan
keanekaragaman dan komposisi
jenis plankton, perifilton,
dan bentos semakin besar.
2.
Penurunan
kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos.
3.
Algae
hijau berfilamen semakin banyak.
4.
Proses
nitrifikasi terhambat.
|
b.
Oksigen
Terlarut (DO)
Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikro organisme
dalam air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses
degradasi senyawa organik dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfer
atau dari reaksi fotosintesis algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi
fotosintesis algae tidak efisisen, karen aoksigen yang terbentuk akan digunakan
kembali oleh algae untuk proses metabolisme pada saat
tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperatur dan
tekanan atmosfer.3
c.
Kebutuhan
Oksigen Biokimia (BOD)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikro organisme
dalam lingkungan air untuk memecah (mendegredasi) bahan buangan organik yang
ada dalam air menjadi karbondioksida dan air.
Dekomposisi bahan organik terdiri dari dua tahap, yaitu terurainya
bahan organik menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah
menjadi bahan anorganik yang stabil, misalnya amonia mengalami oksidasi menjadi
nitrit atau nitrat (nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya
dekomposisi tahap pertama yang berperan, sedangkan oksigen bahan anorganik
(nitrifikasi) dianggap sebagai zat penganggu.
d.
Kebutuhan
Oksigen Kimia (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang
ada dalam air dapat teroksidasi melalui kimia reaksi kimia baik yang dapat
didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan
organik tersebut akan dioksidasi oleh kalium bikromat yang digunakan sebagai
sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O
serta sejumlah ion chrom.3
2.
Sumber Pencemaran
Air
Banyak penyebab sumber pencernaan
air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjadi dua sebagai berikut.
a.
Sumber
kontaminan langsung.
Sumber langsung meliputi efluen yang
keluar dari industri, TPA, sampah, rumah tangga, dan sebagainya.
b.
Sumber
kontaminan tidak langsung.
Sumber tidak langsung
adalah kontaminan yang emmasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfer
berupa hujan.3
3. Komponen
Pencemaran Air
Komponen pencemaran air yang berasal
dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan
menjadi tujuh sebagai
berikut.
i.
Bahan Buangan
Padat.
Bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik
yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan yang dibuang ke air
menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun
pembentukan koloidal.3
ii.
Bahan Buangan
Organik dan Olahan Bahan Makanan.
Bahan buangan organik umumnya berupa limbah yang dapat membusuk
atau terdegradasi oleh mikro organisme, sehingga bila dibuang ke
perairan akan menaikkan populasi mikro organisme.3
iii.
Bahan Buangan
Anorganik.
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikro oganisme,
umumnya adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan
jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari
limbah industri yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam.
iv.
Bahan Buangan
Cairan Berminyak.
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan
mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa
yang volatile, makan akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang
menutupi permukaan air akan menyusut.3
v.
Bahan Buangan
Berupa Panas (Polusi Thermal).
Perubahan kecil pada temperatur air lingkungan bukan saja dapat
menghalau ikan atau spesies lainnya, namun juga akan mempercepat proses
biologis pada tumbuhan dan hewan bahkan akan menurunkan tingkat oksigen dalam
air.
vi.
Bahan Buangan
Zat Kimia.
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan
pencemaran air ini yaitu: sabun, detergen, sampo, dan bahan pembersih lainnya.
Adanya bahan buangan zat kimia berupa sabun, detergen, sampo, dan bahan
pembersih lainnya yang berlebihan di dalam air ditandai dengan timbulnya
buih-buih sabun pada permukaan air.3
vii.
Bahan
Pemberantas Hama (Insektisida).
Pemakaian bahan pemberantas hama (insektisida) pada lahan pertanian
sering kali meliputi daerah yang sangat laus, sehingga bisa insektisida pada
daerah pertanian tersebut cukup banyak. Sisa bahan insektisida tersebut dapat
sampai ke air lingkungan melalui pengairan sawah, melalui hujan yang jatuh
dari daerah pertanian kemudian mengalir ke sungai atau danau di sekitarnya.
Seperti halnya pada pencemaran udara, semua jenis bahan insektisida bersifat
racun apabila sampai ke dalam air lingkungan.3
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
Metode penelitian untuk mengumpulkan data-data
dalam rangka penulisan laporan penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut.
A. Observasi
Yaitu pengumpulan data melalui kegiatan, memantau
dan menganalisa secara langsung sehingga akan lebih jelas objek yang diamati.
Observasi ini dilakukan 2 kali di Desa Lumpur
Gresik. Sesi
yang pertama dilakukan untuk meminta perizinan dan melihat kondisi sampah di
pantai tersebut, yang kedua dilakukan pengamatan secara langsung mengenai
sampah yang ada di pantai tersebut. Adapun kisi – kisi pedoman dalam observasi yaitu
sebagai berikut.
Tabel 3.4 Kisi – kisi Pedoman
Observasi
No.
|
Subjek Observasi
|
Indikator
|
1.
|
Sampah di pinggir pantai Desa Lumpur Gresik
|
-
Asal
– usul sampah.
-
Pemanfaatan sampah bagi para nelayan.
|
2.
|
Pengaruh sampah
|
-
Pengaruh sampah terhadap nelayan.
-
Pengaruh sampah terhadap warga sekitar.
|
B.
Wawancara
Wawancara yaitu
cara pengumpulan data melalui obrolan atau tanya jawab serta bertatap muka
secara langsung. Dalam metode wawancara ini dilakukan kepada para nelayan
(paguyuban nelayan) dan petugas kebersihan.
1.
Kisi – kisi
Pedoman Wawancara untuk Para Nelayan.
Tabel 3.5 Kisi – kisi Pedoman Wawancara
untuk Nelayan
No.
|
Komponen
|
Indikator
|
1.
|
Profil nelayan
|
-
Asal-usul
pendirian paguyuban nelayan.
-
Perolehan hasil perhari.
|
2.
|
Dampak sampah bagi para nelayan dan warga sekitar
|
-
Dampak
sampah.
-
Pengaruh
sampah
terhadap proses pengeringan ikan.
-
Pengaruh sampah terhadap warga sekitar.
|
2.
Kisi – kisi
Pedoman Wawancara untukPencari Barang Bekas.
Tabel 3.6 Kisi – kisi Pedoman
Wawancara untuk Pencari Barang Bekas
Komponen
|
Indikator
|
Proses perataan sampah
|
-
Pengumpulan
sampah.
-
Perataan sampah.
|
BAB IV
HASIL OBSERVASI
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan
di lokasi pembuangan sampah sembarangan di pantai Desa Lumpur Gresik, dapat
disimpulkan bahwa pembuangan sampah yang ada di pinggir pantai itu hanya
bersifat sementara, hasil wawancara kami dengan nelayan di sana pembuangan
sampah disengaja dan akan dimanfaatkan sebagai material pengurukan untuk lahan
proses pengeringan ikan oleh nelayan. Jika kapasitas sudah terpenuhi maka pembuangan sampah di tempat
tersebut ditutup kemudian dilapisi dengan material tanah. Pembuangan
sampah akan kembali dilakukan di TPA yang ada di dekat terminal Maulana Malik Ibrahim. Meskipun hanya
tempat pembuangan sampah sementara tetapi pembuangan di tempat tersebut
kondisinya sangatlah kumuh dan kotor sehingga tidak enak dipandang terlebih di tempat
tersebut merupakan tempat untuk pengeringan ikan maka tidaklah higienis karena
adanya sampah akan menimbulkan berbagai bakteri dan lalat yang sangat banyak
itu akan menghinggapi ikan-ikan yang dikeringkan di tempat tersebut.
Menurut pengamatan kami ide para
nelayan tersebut kuranglah tepat karena para nelayan tidak memperhatikan dampak
lingkungan yang akan ditimbulkan akibat sampah tersebut. Mereka senantiasa
melupakan segala dampaknya seperti air pantai yang berubah menjadi hitam, bibir
pantai yang dipenuhi dengan sampah-sampah, bau tak sedap yang muncul akibat
pembusukan sampah, pantai yang terkontaminasi dengan sampah-sampah secara tidak
sadar akan merugikan mereka juga karena ekosistem yang ada disekitar akan
menjadi rusak dan perolehan ikan-ikan akan berkurang. Meskipun kata mereka jika
kapasitas sudah cukup maka pembuangan sampah di tempat tersebut akan ditutup
tapi tidak dipungkiri karena sudah lamanya waktu sekitar 1 ½ tahun warga
membuang sampah di sana maka sudah menjadi kebiasan mereka dan akan sulit
merubah dan mengembalikan sikap membuang sampah ke TPA karena warga sudah
terbiasa meskipun sudah ada plang yang bertuliskan “ojo buang sampah di sini oke” mereka tak menghiraukan itu.
Sampah yang berada di tempat tersebut
berasal dari sampah rumah tangga, sampah nelayan, sampah industri, dan sampah
proyek. Tempat pembuangan sampah tersebut tidak hanya bermanfaat bagi para
nelayan saja tetapi bagi orang pencari barang bekas juga.Berdasarkan hasil
wawancara kami dengan seorang bapak-bapak yang sudah lansia, dia dulu seorang
pencari barang bekas yang keliling di desa-desa dengan adanya tempat pembuangan
sampah tersebut bapak tersebut tidak perlu jauh-jauh mencari barang bekas.
Bapak tersebut selain mencari barang bekas juga kemudian menjadi orang yang
meratakan sampah di sana. Menurut bapak tersebut pembuangan sampah di tempat
tersebut kurang lebih dari 3 ½ tahun yang lalu itu berbanding terbalik dengan
kata nelayan yang kami wawancarai. Menurut
pengamatan kami para nelayan memang kurang tegas dalam hal sanksi sehingga
mengembalikan sikap buang sampah ke TPA warga setempat belum terrealisasikan
hingga saat ini. Akibatnya dampak lingkungan yang
ditimbulkan akibat pembuangan sampah di pinggir pantai semakin tak terkendali.
Berikut adalah hasil wawancara kami
dengan para nelayan yang ada di paguyupan dan dengan seorang bapak pencari
barang bekas di tempat pembuangan sampah pinggir pantai di Desa Lumpur Gresik.
a.
Instrumen
wawancara dengan paguyupan nelayan di Desa Lumpur Gresik
Narasumber: Bapak Taufiq
Tabel 4.7 Instrumen Wawancara dengan
Nelayan
No
|
PERTANYAAN
|
JAWABAN
|
1.
|
Apakah di sini memang tempat pembuangan akhir
sampah?
|
Mboten
mbak, biyenne tempat iki bersih tapi berhubung para nelayan
ndekkene iki duwe rencana dewe ya mangkane
sementara gapopo buang sampah ndek kene. Para nelayan ya njaluk tulung nang
warga ben sementara iki buang sampahe ndek kene disek soale lek wes akeh
sampah iki bakal diuruk kale bongkahan bangunan ngoten niku terus diapik.i
kangge lahan penjemuran ikan, terus engge disewakne duwik.e
digawe khol akbar.e
para nelayan mbak.
|
2.
|
Apakah dengan membuang sampah sementara di sini tidak berpengaruh
pada air pantainya?
|
Engge, kadang sampah seng teng
blenderan mriku niku lugur nang pantai.
|
3.
|
Apakah warga tidak keberatan jika di sini dijadikan sebagai TPS (Tempat Pembuangan Sampah)?
|
Engge, aslinya bermasalah tapi kan posisi nelayan sakniki lagi
membutuhkan, jadi engge untuk sementara waktu
kita himbau untuk membuang sampah ten mriki tapi sakniki diroso cukup engge
sampun nelayan tutup pembuangan sampah.e terus engge para nelayan niki bakal
ngelarang lek sek enten seng buang ten mriki male.
|
4.
|
Butuh berapa lama untuk mengumpulkan sampah sebanyak ini di sini?
|
Sekitar 1 ½ tahun.
|
5.
|
Sampah sebanyak ini sumbernya dari mana saja?
|
Sampah-sampah rumah tangga, sampah
nelayan, sampah industri, sampah proyek. Kadang engge para nelayan iki njaluk
tolong truk pengangkut sampah seng biasane njuputi sampah iku didukne nang
kene.
|
b.
Instrumen wawancara
dengan seorang pencari barang bekas yang juga sebagai pemerata sampah.
Nama narasumber: Pak Mukmin
Tabel 4.8 Instrumen Wawancara dengan
Pencari Barang Bekas
NO
|
PERTANYAAN
|
JAWABAN
|
1.
|
Berapa lama Bapak
bekerja di sini?
|
Bapak iki engge sampun lami urip
ten mriki niki. Kaet dereng enten pembuangan sampah ten mriki kulo sampun ten
mriki.
|
2.
|
Dari mana sumber sampah-sampah yang dibuang di sini?
|
Sampah-sampahumah, sampah nelayan,
sampah industri, sampah proyek. Kadang engge enten truk seng dibuang mrene.
|
3.
|
Apa yang Bapak lakukan
di tempat ini?
|
Kawitanne bapak iki mekwong ngolek sampah seng keliling umah-umah iku tapi sakjoke enten
pembuangan sampah ten mrikiniki bapak mphunmboten keliling male
tapingolek ten mriki terus kulo dikengken para nelayan niku kangge
ngeratakno sampah-sampah niki sek dadi leter.
|
4.
|
Apakah di sini dulunya tempat pembuangan sampah di Desa
Lumpur Gresik?
|
Tempat pembuangan sampah akhir
(TPA) niku engge asline sampun disediakne kale deso seng ngone ndekcedek.e
terminal Maulana Malik Ibrahim tapi
engge iki salahe warga riyen seng ndilik.i buang sampah ten mriki gara-garane
sampahe kari mboten dikengken kale pihak pengambil sampah niku, akhire tambahtahun engge
tambah akeh ngenten niki.
|
5.
|
Tempat ini dijadikan pembuangan sampah sudah berapa lama?
|
Sudah sekitar 3 ½ tahun.
|
6.
|
Apakah ada solusi penanganan yang dilakukan oleh perangkat desa
setempat mengenai adanya TPS (Tempat Pembuangan Sampah) ini?
|
Wilayah niki niku wilayah nelayan
jadi engge perangkat desa mphun mboten otek-otek wilayah teng mriki soale
mphun dados tanggung jawab.e para
nelayan.
|
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Data
Di Desa lumpur Gresik mayoritas masyarakatnya merupakan
nelayan, salah satunya adalah Bapak Taufiq yang menjadi narasumber untuk
penelitian kami. Beliau menuturkan sejak masa mudanya sudah menjadi seorang
nelayan bahkan sampai menikah ia menafkahi anak-anak dan istrinya dari uang
hasil ia mencari ikan di laut, jika ikan yang didapat hasilnya sedikit, maka
yang diperoleh juga sedikit begitu juga sebaliknya, maka dari itu istri dari
Bapak Taufiq ini juga bekerja dan kerja istrinya adalah membelah ikan untuk
dijadikan ikan asin. Di tempat sekitar nelayan beristirahat terdapat sebuah
rumah kecil yang masyarakat menyebutnya dengan “balai cilik” sebelum
pertengahan tahun 2015 sekitar pantai masih bersih dan samping rumah kecil
nelayan juga masih bersih namun mulai tahun 2015 petengahan masyarakat sudah
membuang sampah disamping rumah istirahat nelayan terdapat pembuangan sampah
yang baunya sangat mengganggu dan sampah sampai ke bibir pantai dan itu membuat
pantai sangat kotor. Namun saat kami wawancara kepada Bapak Taufiq beliau
menuturkan bahwa sampah di samping rumah kecil itu memang di sengaja untuk
pengurukan lahan karena paguyuban nelayan memiliki kendala karena tidak
memiliki uang yang lebih untuk pengurukan lahan akhirnya mereka berinisiatif
untuk membuang sampah di sana setelah sudah hampir penuh baru mereka
menggunakan tanah atau bebatuan untuk menguruknya, dan lahan ini berguna untuk
penjemuran ikan. Namun di tempat pembuangan sampah tersebut sudah terdapat
plang yang bertuliskan “dilarang buang sampah disini” namun sepertinya
masyarakat tidak menghiraukan itu sehingga ada seorang bapak pemulung yang
mencari rezeki dari kumpulan sampah tersebut sehingga kami pun mengampiri dan
mewawancari bapak tersebut dan beliau menuturkan bahwa pembuangan sampah
tersebut sudah dari 2013, ada banyak macam sampah yang terdapat kumpulan sampah
terdiri dari sampah rumah tangga sampah, sampah nelayan, sampah industri.
Sebenarnya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sudah disediakan oleh pemerintah namun
warga sering ketinggalan oleh petugas sampah sehingga masyarakat membuang
sampah disamping rumah kecil itu dan sampai menumpuk dan sampah jatuh ke bibir
pantai dan pemerintah tidak ikut campur dengan sampah para masyarakat nelayan
ini karena sudah di berikan TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Menurut hasil observasi dan wawancara kami pada saat
ditempat lokasi ucapan Bapak Taufiq (paguyuban nelayan) tidaklah sesuai dengan
kenyataan karena yang terjadi ditempat tersebut sampah sampai menumpuk dan
sudah terdapat plang yang bertuliskan “ojo buang sampah disini oke”
namun masyarakat masih membuang sampah disana sedangkan yang dituturkan oleh Bapak
Muslim (pencari barang bekas) sama seperti apa yang kita lihat dengan kenyataan
yaitu sampah memang dibuang dengan sengaja disana sehingga sampah jatuh ke
bibir pantai dan dampak yang terjadi akibat sampah sangat besar terhadap
lingkungan sekitar, seperti bau yang menyengat, sampah sampai turun ke bibir
pantai dan itu membuat bibir pantai menjadi kotor.
B.
Alternatif Solusi
Alternatif
solusi yang dapat dilakukan dalam permasalahan ini bisa dengan 3 cara yaitu
sebagai berikut :
Pertama, mencari
material selain sampah yang dapat digunakan dalam pengurukan lahan yang
nantinya akan dijadikan sebagai tempat pengeringan ikan tersebut seperti
bongkahan proyek yang sudah tidak terpakai lagi, tanah kuning (paras) dan lain-lain. Sehingga tidak akan mencemari lingkungan sekitar. Dan ikan yang
dijemur ditempat tersebut tidak terkontaminasi dengan bakteri yang ditimbulkan
oleh sampah.
Kedua, mengumpulkan dan mencari dana bantuan untuk mengelolah lahan dengan
membeli pasir dan melakukan pengecoran untuk membuat lahan pengeringan ikan
tersebut sehingga tidak perlu menumpuk sampah sampai begitu banyak dan ikan
yang dikeringkan atau dijemur di sana akan higienis dan tidak terkontaminasi
dengan berbagai macam bakteri. Serta lingkungan dan pantainya pun tidak akan
menjadi kotor dan tidak bau.
Ketiga, melakukan penyuluhan kepada warga dan nelayan supaya lebih
menghargai lingkungan hidup mereka dan
memikirkan apa yang menjadi keputusan mereka itu tidak akan menimbulkan
efek apapun.
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Kondisi tempat pembuangan sampah di bibir pantai Desa Lumpur Gresik
sangatlah kotor. Sampah yang sengaja dibuang ditempat tersebut mengakibatkan
banyak bakteri-bakteri yang muncul sehingga menimbulkan bau yang tak sedap dan
kondisinya sangatlah kumuh dan kotor sehingga tidak enak dipandang terlebih di
sana merupakan tempat untuk pengeringan ikan maka tidaklah higienis untuk itu
karena dengan adanya sampah akan menimbulkan berbagai macam bakteri dan
kerumunan lalat yang akan menghinggapi ikan-ikan yang dikeringkan di sana.
Tumpukan sampah hasil buangan warga sekitar yang menghampar luas tersebut
merupakan ide para nelayan yang akan dimanfaatkan sebagai bahan utama material
pengurukan lahan yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat untuk pengeringan
ikan hasil tangkapan para nelayan.
Tetapi tumpukan sampah yang bermanfaat bagi nelayan tersebut berdampak
negatif pada pantai yang ada disampingnya sehingga kondisi pantainya sangatlah
kotor dan dipenuhi dengan sampah karena pada saat airnya pasang sampah akan
ikut terbawah air dan mengakibatkan air serta bibir pantai menjadi hitam karena
sebab sampah-sampah yang sengaja dibuang ditempat tersebut.
B. Saran
1. Sebaiknya mengumpulkan dana terlebih dahulu
sebelum melakukan pengurukan lahan pengeringan ikan sehingga tidak memanfaatkan
sampah.
2. Seharusnya para nelayan mencari material
pengurukan lahan selain sampah sehingga nantinya pada saat pengeringan ikan,
ikannya tidak terkontaminasi dengan sampah yang ada.
3. Sebaiknya warga sekitar tidak menuruti ide
para nelayan untuk meneruskan buang sampah di sana sehingga tidak
menimbulkan dampak lingkungan yang kotor.
DAFTAR PUSTAKA
Rocket
Manajemen. Pengertian sampah dan dampaknya. Diakase dari laman.
Sumantri, Arif.2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Cetakan ke-1. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Waluyo, Lud.2013. Mikrobiologi Lingkungan. Cetakan ke-3. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
[1]Rocket Manajemen.Pengertian sampah dan dampaknya.Diakses dari laman http://rocketmanajemen.com/definisi-sampah/ pada tanggal 22-10-2017 pukul 20:08 WIB
[2]Sumantri, Arif. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Cetakan ke-1. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Desember 2010). Hal. 62
[3]Waluyo, Lud. Mikrobiologi Lingkungan. Cetakan ke-3. (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2013). Hal. 206
LAMPIRAN
Gambar 1. Kumpulan Nelayan di Pos
Gambar 2. Foto Bersama Dengan Para Nelayan
Gambar 3. Proses Pengeringan Ikan
Gambar 4. Sampah Hasil Nelayan
Gambar 5 Tumpukan Sampah Hasil Rumah Tangga
Gambar 6. Wawancara Dengan Seorang Pencari Barang Bekas