Bagaimana Proses Kesetrum (Tersengat Listrik)?
Kamis, 11 April 2019
Edit
Apa kabar sobatku semua? Semoga selalu baik ya.. Kali ini kita akan membahas tentang proses kesetrum (tersengat listrik). Apa kalian pernah merasakan tersengat listrik (kesetrum)? Pasti sebagian dari kalian pernah merasakan kesetrum. Bagaimana proses terjadinya kesetrum (tersengat listrik)? Lalu apa yang harus kita lakukan ketika kesetrum dan melihat orang yang kesetrum? Cara apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak kesetrum? Mari simak penjelasannya di bawah ini.
Bagaimana proses terjadinya kesetrum (tersengat listrik)?
Kesetrum adalah mengalirnya arus listrik di dalam tubuh manusia. Listrik adalah elektron yang bergerak yang arusnya digunakan untuk memberikan tenaga pada barang elektronik.
Listrik tersebut membutuhkan sirkuit-sirkuit yang kompleks untuk dapat mengalir, sedangkan tubuh kita tersusun dari air dan tanah yang keduanya merupakan sirkuit kompleks untuk mengalirnya listrik. Ketika kita menyentuh orang lain yang sedang kesetrum maka kita akan ikut kesetrum karena tubuh kita tersusun dari proton, elektron dan neutron, saat terjadi sengatan listrik maka akan adanya aliran proton dan elektron yang tidak seimbang.
Saat tubuh kita tersengat listrik secara spontan dapat membahayakan sistem saraf secara signifikan karena sistem saraf berperan sangat penting di dalam tubuh manusia yaitu sebagai pengirim banyak sinyal ke seluruh tubuh, baik otak, sistem motorik dan sistem sensorik.
Jika sistem saraf terganggu kinerjanya maka akan mengganggu peranan seluruh tubuh, hal tersebutlah yang membuat badan kita terasa lemas saat tersetrum atau setelahnya. Dampak kesetrum memang banyak, salah satunya seperti yang disebutkan tersebut.
Listrik tersebut membutuhkan sirkuit-sirkuit yang kompleks untuk dapat mengalir, sedangkan tubuh kita tersusun dari air dan tanah yang keduanya merupakan sirkuit kompleks untuk mengalirnya listrik. Ketika kita menyentuh orang lain yang sedang kesetrum maka kita akan ikut kesetrum karena tubuh kita tersusun dari proton, elektron dan neutron, saat terjadi sengatan listrik maka akan adanya aliran proton dan elektron yang tidak seimbang.
Saat tubuh kita tersengat listrik secara spontan dapat membahayakan sistem saraf secara signifikan karena sistem saraf berperan sangat penting di dalam tubuh manusia yaitu sebagai pengirim banyak sinyal ke seluruh tubuh, baik otak, sistem motorik dan sistem sensorik.
Jika sistem saraf terganggu kinerjanya maka akan mengganggu peranan seluruh tubuh, hal tersebutlah yang membuat badan kita terasa lemas saat tersetrum atau setelahnya. Dampak kesetrum memang banyak, salah satunya seperti yang disebutkan tersebut.
Apa yang harus kita lakukan ketika kesetrum atau saat melihat orang yang kesetrum?
Lalu ketika kita kesetrum hal yang harus kita lakukan adalah melepaskan anggota badan dari sumber arus listrik dengan segera, karena jika tidak maka listrik akan semakin kuat menguasai tubuh kita dan membuat sistem saraf bekerja tidak semestinya, jika dibiarkan terus menerus akan membuat kita meninggal dunia.
Detak jantung juga akan bekerja lebih cepat dari biasanya ketika kita tersengat listrik dan membuat kita sesak nafas karena banyaknya aliran yang masuk ke tubuh kita. Ketika kita melihat orang kesetrum, maka kita harus memutuskan kabel listrik tersebut, ketika memutuskan kabel listrik, haruslah menggunakan barang yang isolator listrik, seperti kayu dan jika korban parah maka segera membawanya ke dokter.
Detak jantung juga akan bekerja lebih cepat dari biasanya ketika kita tersengat listrik dan membuat kita sesak nafas karena banyaknya aliran yang masuk ke tubuh kita. Ketika kita melihat orang kesetrum, maka kita harus memutuskan kabel listrik tersebut, ketika memutuskan kabel listrik, haruslah menggunakan barang yang isolator listrik, seperti kayu dan jika korban parah maka segera membawanya ke dokter.
Bagaimana cara mencegah agar tidak kesetrum?
Nah, untuk mencegah terjadinya kesetrum, kita bisa melakukan banyak cara antara lain sebagai berikut.
Sekian pembahasan tentang bagaimana kesetrum dan bagaimana pencegahannya. Semoga bermanfaat dan dapat diterapkan ketika terjadi masalah yang sama.
Penulis: Umi Hanifatus Sholihah (S1 PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya)
Editor: Binar Kurnia Prahani