Apa Penyebab Bau Mulut (Halitosis)?
Selasa, 09 April 2019
Edit
Halo sobat! Jumpa lagi dengan saya. Kali ini saya akan mengulas tentang halitosis. Tentunya sobat di sini penasaran kan apa itu halitosis? Yuk simak pembahasan seputar halitosis.
Apa itu Bau Mulut (Halitosis)?
Dalam dunia medis bau mulut lebih akrab dikenal dengan halitosis. Halitosis itu istilah ilmiah dari bau mulut loh. Halitosis dapat menurunkan rasa percaya diri pada seseorang, sehingga membuat orang menjadi minder. Hmm apalagi kalau sedang kencan sama gebetan atau pacar, pasti ilfeel banget tuh doinya. Jadi menjaga kebersihan mulut itu hal yang sangat penting loh.Namun sebagian dari kita terkadang acuh dengan hal demikian. Seringkali seseorang tidak peduli dengan kebersihan rongga mulut. Padahal bau segar mulut dapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang. Sebagai makhluk sosial tak luput dengan interaksi bercakap langsung dengan orang lain. Kalau mulut kita bau tak sedap tentunya lawan bicara kita jadi kurang nyaman dong.
Apa penyebab Bau Mulut (Halitosis)?
Bau mulut atau halitosis disebabkan karena adanya masalah pada gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut harus diperhatikan, karena pada rongga mulut sebagai tempat pertumbuhan bakteri yang sangat cepat. Sisa makanan yang menempel pada gigi menyebabkan pertumbuhan bakteri yang tak terkendalikan, sehingga bakteri tersebut menimbulkan plak-plak pada gigi. Plak pada gigi yang berlebihan menyebabkan gigi berlubang.Gigi yang berlubang merupakan salah satu faktor penyebab bau mulut. Menggosok gigi secara teratur minimal dua kali sehari atau 20 menit setelah makan dapat menjaga kesehatan mulut. Kurangnya mengonsumsi air mineral juga mengakibatkan halitosis, karena air mineral dapat menjaga kelembapan dan menetralisir bakteri yang ada di mulut.
Bakteri yang hidup di mulut berasal dari gula dan pati yang menempel pada makanan. Setelah makan sebaiknya disarankan untuk menggosok gigi, karena pasta gigi mengandung fluoride yang bermanfaat untuk mencegah bau busuk makanan yang telah terkunyah dalam mulut. Fluoride juga bermanfaat membentuk enamel gigi lebih kuat serta meminimalisir rasa asam yang dilepaskan oleh bakteri, sehingga dapat mencegah kerusakan pada gigi.
Saat menggosok gigi seringkali luput menyikat bagian lidah dan bagian langit-langit pada mulut. Padahal lidah dan langit-langit mulut merupakan tempat sarang bakteri. Di antara gusi dan gigi terdapat celah yang bisa memicu pertumbuhan karang gigi. Karang gigi ditimbulkan karena adanya plak pada gigi yang telah mengeras. Pembersihan pemecahan karang gigi dapat menggunakan getaran ultrasonik yang dilakukan oleh dokter gigi.
Kurang maksimal apabila pembersihan karang pada gigi hanya menggunakan pasta gigi. Oleh karena itu, sangat disarankan minimal enam bulan sekali sebaiknya melakukan mengecekan rutin untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut ke dokter gigi dan mengganti sikat gigi setiap dua sampai tiga bulan sekali.
Saat menggosok gigi seringkali luput menyikat bagian lidah dan bagian langit-langit pada mulut. Padahal lidah dan langit-langit mulut merupakan tempat sarang bakteri. Di antara gusi dan gigi terdapat celah yang bisa memicu pertumbuhan karang gigi. Karang gigi ditimbulkan karena adanya plak pada gigi yang telah mengeras. Pembersihan pemecahan karang gigi dapat menggunakan getaran ultrasonik yang dilakukan oleh dokter gigi.
Kurang maksimal apabila pembersihan karang pada gigi hanya menggunakan pasta gigi. Oleh karena itu, sangat disarankan minimal enam bulan sekali sebaiknya melakukan mengecekan rutin untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut ke dokter gigi dan mengganti sikat gigi setiap dua sampai tiga bulan sekali.
Ups ternyata banyak orang yang belum menyadari bahwa merokok dapat memicu halitosis loh. Kandungan tembakau pada rokok dapat menyebabkan bau tak sedap pada mulut. Bahan kimia yang terkandung pada rokok juga mempengaruhi masalah kesehatan gusi, gigi, dan mulut. Perokok aktif cenderung memiliki kondisi mulut yang kering sehingga memungkinkan memicu penyakit bau kurang sedap pada mulut.
Tidak hanya itu perut kosong tak terisi makanan dan merasa lapar dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan asam lambung serta menimbulkan bau yang tak sedap pada mulut. Peningkatan asam lambung dipengaruhi karena infeksi bakteri H.pylori sedangkan bau tak sedap karena mulut tidak memproduksi air liur yang cukup sehingga mulut menjadi kering. Kelainan ini dalam dunia medis dikenal dengan istilah Xerostomia.
Tidak hanya itu perut kosong tak terisi makanan dan merasa lapar dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan asam lambung serta menimbulkan bau yang tak sedap pada mulut. Peningkatan asam lambung dipengaruhi karena infeksi bakteri H.pylori sedangkan bau tak sedap karena mulut tidak memproduksi air liur yang cukup sehingga mulut menjadi kering. Kelainan ini dalam dunia medis dikenal dengan istilah Xerostomia.
Makanan yang berbau menyengat seperti bawang juga mengakibatkan bau tak sedap pada mulut. Jenis bawang yang memiliki aroma khas menyengat pada mulut Myaitu bawang putih. Keberadaan enzim Allyl methyl sulfide pada bawang putih menjadikan kontribusi aroma bawang putih dan efek bawang putih yang dapat bertahan selama 24 jam di dalam mulut. Hal tersebut membuat pengonsumsinya kehilangan rasa percaya diri. Perlu adanya penakis aroma bawang putih dengan mengonsumsi jus lemon.
Beberapa jenis rempah yang beraroma tajam dapat meninggalkan bau tak sedap pada mulut. Tak baik bagi kesehatan apabila mengonsumsi minuman beralkohol dan kopi secara berlebihan. Namun pada umumnya mengonsumsi minuman beralkohol dan kopi secara berlebihan menyebabkan mulut menjadi bau tak sedap. Minuman beralkohol dan kopi termasuk kedalam jenis minuman yang beraroma tajam serta dapat meminimalisir mulut untuk memproduksi air liur dan menyebabkan mulut menjadi kering.
Hal sepele yang kurang diperhatikan seperti ulasan di atas ternyata dapat mengancam kesehatan gigi dan mulut kan? Oleh karena itu dihimbau untuk masyarakat Indonesia agar memperhatikan hal tersebut untuk mewujudkan senyum Indonesia sehat anti halitosis.
Selain beraneka ragam faktor luar yang membuat penyebab halitosis, ternyata tidak dipungkiri halitosis dapat terjadi karena individu yang bersangkutan mengidap penyakit diabetes, sinusitis, gangguan hati, serta gangguan saluran pernapasan. Halitosis pada seseorang tidak bisa dihilangkan dalam waktu singkat secara permanen.
Pada mouthwash mengandung enzim aktif alami, tanpa antiseptik, dan tanpa alkohol sehingga tidak berbahaya untuk membersihan mulut. Mengonsumsi permen karet yang rendah gula dapat menyegarkan napas pada mulut. Kandungan air pada buah apel dan wortel yang masih mentah dapat menyegarkan napas pada mulut. Teh hitam maupun teh hijau baik dikonsumsi untuk menghilangkan bakteri dalam mulut karena mengandung polifenol dan mengonsumsi teh secara rutin bisa mencegah napas yang tak sedap.
Selain beraneka ragam faktor luar yang membuat penyebab halitosis, ternyata tidak dipungkiri halitosis dapat terjadi karena individu yang bersangkutan mengidap penyakit diabetes, sinusitis, gangguan hati, serta gangguan saluran pernapasan. Halitosis pada seseorang tidak bisa dihilangkan dalam waktu singkat secara permanen.
Tips penghilang Bau Mulut (Halitosis)?
Adapun tips penghilang bau mulut secara sementara dengan kumur menggunakan pembersih mulut mouthwash. Moutwash mengandung enzim Glucose Oxidase, Lactoperoxidase, serta Myloglucosidase berfungsi mengembalikan kualitas air liur yang bertujuan mengontrol keseimbangan bakteri dalam mulut.Pada mouthwash mengandung enzim aktif alami, tanpa antiseptik, dan tanpa alkohol sehingga tidak berbahaya untuk membersihan mulut. Mengonsumsi permen karet yang rendah gula dapat menyegarkan napas pada mulut. Kandungan air pada buah apel dan wortel yang masih mentah dapat menyegarkan napas pada mulut. Teh hitam maupun teh hijau baik dikonsumsi untuk menghilangkan bakteri dalam mulut karena mengandung polifenol dan mengonsumsi teh secara rutin bisa mencegah napas yang tak sedap.
Sekian ulasan tentang pembahasan penyebab bau mulut. Semoga bermanfaat dan jangan lupa selalu memperhatikan kesehatan pada gigi dan mulut ya!
Penulis: Fira Zahrotul Ilma (S1 PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya)
Editor: Binar Kurnia Prahani