Apakah Wadah Makanan dari Sterofoam Berbahaya?
Selasa, 16 April 2019
Edit
Halo sobat! Apa kabar nih kalian? Jumpa lagi nih sama aku, kali ini aku akan membahas tentang bahaya wadah makanan yang terbuat dari sterofoam. Sobat, saat kalian membeli makanan yang dibawa pulang dan dibungkus pernahkah kalian mengamati terbuat dari apakah wadah makanan tersebut. Salah satunya pasti ada wadah makanan yang terbuat dari sterofoam bukan?
Namun, taukah kalian ternyata wadah makanan yang terbuat dari sterofoam itu ternyata berbahaya loh. Apa saja sih bahaya wadah makanan dari sterofoam? Lalu gimana sih cara mencegah bahaya yang ditimbulkan sterofoam? Yuk simak penjelasannya.Apa itu Sterofoam?
Sterofoam atau nama lainnya polystyrene adalah salah satu dari sekian banyaknya jenis plastik. Sterofoam sendiri bahan dasarnya terbuat dari polystyrene, yang merupakan salah satu jenis plastik yang ringan, dapat menahan panasnya makanan dan harganya juga sangat murah sehingga membuat sterofoam banyak digunakan oleh masyarakat. Sterofoam sendiri dibuat dari butiran-butiran styrene yang proses pembuatannya menggunakan benzene.
Kemudian setelah dicampur, dari bahan itu akan terbentuk monomer yang tergabung menjadi polystyrene. Ketika kita mengonsumsi makanan yang menggunakan wadah sterofoam, maka makanan itu dapat berpotensi terkontaminasi polystyrene itu. Kandungan yang ada dalam polystyrene dikenal sebagai karsinogen atau zat yang dapat menyebabkan kanker.
Sebuah makanan yang panas jika dibungkus menggunakan sterofoam, maka zat-zat kimia yang terdapat dalam sterofoam tersebut akan berpindah ke makanan, yang selanjutnya jika makanan itu dimakan maka akan berpindah ke dalam tubuh orang yang memakannya. Saat ada di dalam tubuh, bahan-bahan kimia tersebut tidak dapat larut dengan air juga tidak dapat dikeluarkan melalui feses atau urine. Jika lama-kelamaan dibiarkan, maka zat-zat kimia tersebut akan menumpuk dan akan menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya kanker.
Kemudian setelah dicampur, dari bahan itu akan terbentuk monomer yang tergabung menjadi polystyrene. Ketika kita mengonsumsi makanan yang menggunakan wadah sterofoam, maka makanan itu dapat berpotensi terkontaminasi polystyrene itu. Kandungan yang ada dalam polystyrene dikenal sebagai karsinogen atau zat yang dapat menyebabkan kanker.
Sebuah makanan yang panas jika dibungkus menggunakan sterofoam, maka zat-zat kimia yang terdapat dalam sterofoam tersebut akan berpindah ke makanan, yang selanjutnya jika makanan itu dimakan maka akan berpindah ke dalam tubuh orang yang memakannya. Saat ada di dalam tubuh, bahan-bahan kimia tersebut tidak dapat larut dengan air juga tidak dapat dikeluarkan melalui feses atau urine. Jika lama-kelamaan dibiarkan, maka zat-zat kimia tersebut akan menumpuk dan akan menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya kanker.
Faktor apa saja yang memengaruhi sebuah makanan dapat terkontaminasi zat kimia yang ada dalam sterofoam?
Berikut merupakan beberapa faktor yang memengaruhi sebuah makanan dapat terkontaminasi zat kimia yang ada dalam sterofoam sebagai berikut.
- Suhu makanan
Zat styrene akan semakin cepat berpindah ke dalam makanan saat makanan tersebut dalam keadaan suhu yang sangat panas. Jadi, semakin tinggi suhu maka akan semakin cepat pula zat tersebut akan berpindah. - Lamanya kontak antara sterofoam dengan makanan
Semakin lama kita menyimpan makanan dalam wadah yang terbuat dari sterofoam juga akan membuat makanan semakin cepat terkontaminasi dengan zat styrene. - Tingginya kandungan lemak dalam makanan
Kandungan lemak yang tinggi dalam makanan juga sangat berpengaruh terkontaminasi zat-zat kimia dalam sterofoam dibanding dengan makanan yang kandungan lemaknya lebih rendah.
Wadah makanan yang terbuat dari sterofoam berbahaya karena adanya perpindahan zat-zat kimia ke dalam makanan. Jika zat-zat tersebut berpindah ke dalam makanan, maka gangguan yang mungkin terjadi adalah adanya gangguan pada sistem syaraf, sakit kepala dan mual bahkan diare, meningkatkan resiko terkena leukimia dan limfoma, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan pada janin dan bayi kemungkinan akan lahir dengan cacat.
Bahkan benzena juga dapat mengakibatkan hilang kesadaran. Jika makanan sudah terkontaminasi oleh benzena, maka akan membuat sumsum tulang belakang menjadi rusak. Sehingga sel darah merah produksinya menjadi berkurang. Itu semua terjadi karena kandungan zat-zat kimia yang ada pada sterofoam berpindah ke dalam makanan.
Bahkan benzena juga dapat mengakibatkan hilang kesadaran. Jika makanan sudah terkontaminasi oleh benzena, maka akan membuat sumsum tulang belakang menjadi rusak. Sehingga sel darah merah produksinya menjadi berkurang. Itu semua terjadi karena kandungan zat-zat kimia yang ada pada sterofoam berpindah ke dalam makanan.
Selain berbahaya bagi kesehatan, ternyata sterofoam juga berbahaya bagi lingkungan. Bahkan sampai saat ini, limbah sterofoam masih belum dapat ditemukan bagaimana solusi penanganannya. Karena limbah sterofoam itu sulit untuk diuraikan dan dapat menyumbat saluran air yang dapat menyebabkan banjir.
Sebenarnya sterofoam masih boleh digunakan asal masih dalam batas yang aman untuk digunakan. Akan tetapi jangan terlalu disepelekan, karena akan memberikan dampak yang cukup besar.
Sebenarnya sterofoam masih boleh digunakan asal masih dalam batas yang aman untuk digunakan. Akan tetapi jangan terlalu disepelekan, karena akan memberikan dampak yang cukup besar.
Bagaimana Cara Mencegah Bahaya yang Ditimbulkan dari Sterofoam?
Berikut ini cara mencegah bahaya yang ditimbulkan dari sterofoam sebagai berikut.
- Jangan digunakan berkali-kali. Sterofoam seharusnya hanya digunakan untuk satu kali pakai.
- Jangan menggunakan wadah sterofoam untuk makanan yang panas.
- Hindarkan kontak langsung antara makanan dan sterofoam. Seperti dengan memberi kertas minyak.
- Jika makanan banyak mengandung lemak, maka hindari penggunaan wadah sterofoam.
Nah itu tadi bahaya yang ada dalam wadah makanan yang terbuat dari sterofoam. Jadi, sebisa mungkin hindari penggunaan wadah makanan yang terbuat dari sterofoam. Sekian pembahasan tentang bahaya wadah makanan dari sterofoam. Semoga bermanfaat.
Penulis: Eko Wahyu Dyah H (S1 PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya)
Editor: Binar Kurnia Prahani