Kendala Menulis Artikel Ilmiah (Indexed by Scopus & Web of Science)
Jumat, 15 Maret 2019
Edit
Kendala Menulis Artikel Ilmiah (Indexed by Scopus & Web of Science) menjadi kajian yang menarik untuk kita bahas. Banyak pertanyaan tentang kesulitas menembus jurnal internasional bereputasi, misal Scopus atau Web of Science. Saya sendiri juga pernah mengalami di titik tidak ada ide dan malas untuk menulis artikel ilmiah.
Pertama kali saya menulis artikel ilmiah di Jurnal Internasional Bereputasi (Indexed by Scopus & Web of Science) dan langsung ditolak. Saya malas selama 3 bulan tidak ada keinginan dan semangat lagi dalam menulis. Sudah melalui tahap menulis, translate dan submit, namun hasilnya langsung ditolak.
Kali ini akan saya sajikan beberapa Kendala Menulis Artikel Ilmiah (Indexed by Scopus & Web of Science) berdasarkan diskusi dengan bapak M. Arsyad, Ph.D diperkuat pengalaman pribadi dan lingkungan sekitar sebagai berikut.
Kali ini akan saya sajikan beberapa Kendala Menulis Artikel Ilmiah (Indexed by Scopus & Web of Science) berdasarkan diskusi dengan bapak M. Arsyad, Ph.D diperkuat pengalaman pribadi dan lingkungan sekitar sebagai berikut.
1. I don’t have time for writing. Banyak kalangan yang merasa berat menulis artikel ilmiah karena sudah disibukkan dengan aktivitas utama, misal mengajar dan birokrasi di struktural. Serasa waktu sudah habis dan tidak sempat menulis artikel ilmiah.
2. I can’t write in my office. Argumen bahwa "Saya tidak bisa menulis di kantor saya." Tidak bisa disalahkan juga karena pekerjaan utama bukan menulis. Tapi jika seorang dosen tidak melakukan publikasi ilmiah juga akan menjadi masalah baru.
3. I’m not ambitious. Tidak ada semangat dan ambisi dalam menulis artikel ilmiah juga menjadi masalah dalam menulis artikel ilmiah. Untuk meningkatkan produktivitas, perlu memiliki ambisi minimal 1 semester memiliki 1 aritkel scopus atau web of science.
4. My teaching comes first. Mendahulukan kewajiban mengajar adalah hal positif. Tapi akan salah jika menjadikan alasan untuk tidak produktif dalam menulis artikel ilmiah.
5. I review papers regularly, but I don’t write myself. Banyak di lingkungan kita rajin sebagai reviewer, namun produktivitas rendah. Hanya banyak dan pintar memberikan ide, namun rendah produktivitas ilmiah. Ini yang berbahaya dan perlu segera meluangkan waktu untuk secara reguler juga menulis artikel ilmiah.
6. I don’t want to play the publications game. Kita tidak bisa menyalahkan berbagai pihak yang tidak tertarik dalam publikasi ilmiah. Manjadi antipati dengan kegiatan publikasi ilmiha dengan berbagai alasan.
7. I’m too tired when I get home to do any writing. Jujur saja kita sudah disibukkan dan dibuat lelah dengan tugas-tugas kita di kantor. Saat pulang dan tiba di rumah kita sudah capek untuk menulis artikel ilmiah. Ini berbahaya dan akan menurunkan produktivitas karya ilmiah kita.
8. I do a lot of writing, just not for publication. Saya memiliki senior yang mempunyai kemampuan menulis di atas rata-rata. Beliau banyak menulis buku dan di surat kabar nasional. Namun, beliau tidak tertarik dan merasa tidak percaya diri untuk publikasi di jurnal internasional bereputasi (Misal Scopus Q1).
9. I haven’t done any research. Alasan yang sering saya dengar juga terkait tidak memiliki data untuk ditulis dalam artikel ilmiah. Hal ini sebenarnya tidak bisa dijadikan alasan untuk menurunnya produktivitas karya ilmiah kita. Kita bisa joint paper dengan temen yang memiliki data/hasil penelitian. Kita bisa berkontribusi menjadi co author.
Ada 9 kendala yang sering menjadi penghambat kita menulis artikel ilmiah. Semoga artikel Kendala Menulis Artikel Ilmiah (Indexed by Scopus & Web of Science) ini bisa memovitasi dan tetap semangat berkarya. Amiin
Penulis: Binar Kurnia Prahani