Etika Publikasi Ilmiah
Minggu, 17 Maret 2019
Edit
Artikel ini akan membahas etika publikasi ilmiah.
Etika publikasi yang paling perlu jadi perhatian akan kita bahas sebagai berikut.
1. Fabrikasi Data Fabrikasi data sudah sering kita dengar. ‘Mempabrik’ data atau membuat-buat data yang sebenarnya tidak ada atau lebih umumnya membuat data fiktif. Fabrikasi data sangat sering kita jumpai di beberapa lingkungan kita. Saya sendiri pernah mengetahui adanya penelitian di atas meja oleh oknum dosen yang hanya mengejar dan berorientasi pada UANG. Aspek kejujuran dalam penelitian diabaikan dengan mendapat data tanpa melakukan penelitian.
2. Falsifikasi Data Falsifikasi data sering dilakukan para oknum untuk mengubah data sesuai dengan keinginan, terutama agar sesuai dengan kesimpulan yang ‘ingin’ diambil dari sebuah penelitian. Ini masih sering kita temukan di beberapa kegiatan penelitian baik selama menjadi mahasiswa atau peneliti (khususnya oknum ya).
2. Falsifikasi Data Falsifikasi data sering dilakukan para oknum untuk mengubah data sesuai dengan keinginan, terutama agar sesuai dengan kesimpulan yang ‘ingin’ diambil dari sebuah penelitian. Ini masih sering kita temukan di beberapa kegiatan penelitian baik selama menjadi mahasiswa atau peneliti (khususnya oknum ya).
3. Plagiarisme Plagiariarisme mejadi momok yang paling dihindari dalam dunia publikasi ilmiah. Plagiarisme sendiri secara umum memiliki definisi yaitu mengambil kata-kata atau kalimat atau teks orang lain tanpa memberikan acknowledgment (dalam bentuk sitasi) yang secukupnya. Self-plagiarisme juga berbahaya dan tidak dianjurkan dalm jumlah yang berlebihan dalam dunia publikasi ilmiah.
Apa akibatnya ketika kita melanggar?
1. Memiliki catatan hitam dalam komunitas masyarakat ilmiah.
2. Akibat Hilangnya kepercayaan masyarakat ilmiah.
3. Adanya Hukuman dalam lingkungan terdekat, komunitas akademis, sosial kemasyarakatan.
Beberapa waktu yang lalu ditemukan Publkasi tidak wajar oleh Kemenristekdikti. Ada seorang penelitia diduga telah melakukan publikasi 689 karya ilmiah dan 239 sitasi dalams setahun.
Ini perlu menjadi perhatian, termasuk saya pribadi. Secara pribadi saya juga perlu lebih berhati-hati karena sititasi juga akan disoroti jika tidak wajar.
Oleh karena itu sejak ada temuan ini, saya lebih berhati-hati dalam melakukan sitasi agar tidak melanggar kode etik (tertulis atau tidak tertulis), khususnya self sititasi dan self plagiarisme.
Tidak perlu panik dalam menghadapi permasalah self sititasi dan self plagiarime, tapi yang perlu jadi focus perhatian bagaiamana kita bisa meminimalisir dan menghindari tindakan pelanggaran kode etik publikasi ilmiah.
Hal tersebut perlu dilakukan agar karya kita berkualitas dengan prosedur yang tidak menjadi masalah dikemudian hari. Semoga postingan mengenai Etika Publikasi Ilmiah ini bisa bermanfaat. Amiin YRA.
Ini perlu menjadi perhatian, termasuk saya pribadi. Secara pribadi saya juga perlu lebih berhati-hati karena sititasi juga akan disoroti jika tidak wajar.
Oleh karena itu sejak ada temuan ini, saya lebih berhati-hati dalam melakukan sitasi agar tidak melanggar kode etik (tertulis atau tidak tertulis), khususnya self sititasi dan self plagiarisme.
Tidak perlu panik dalam menghadapi permasalah self sititasi dan self plagiarime, tapi yang perlu jadi focus perhatian bagaiamana kita bisa meminimalisir dan menghindari tindakan pelanggaran kode etik publikasi ilmiah.
Hal tersebut perlu dilakukan agar karya kita berkualitas dengan prosedur yang tidak menjadi masalah dikemudian hari. Semoga postingan mengenai Etika Publikasi Ilmiah ini bisa bermanfaat. Amiin YRA.
Penulis: Binar Kurnia Prahani